Attention Economy



"Caper lu !", cemooh kita pada teman atau orang lain yang kerjaannya suka mencari-cari perhatian orang lain.

Perbuatan mencari perhatian, memang bisa mendatangkan cemooh dari orang lain. Namun di sisi lain, ketika dia berhasil mendapatkan perhatian orang lain, dia juga bisa menjadi orang kaya dan uang mengalir dengan lancar ke rekening-rekening pendapatannya.

Cobalah simak kelakuan Abu Janda, Deni Siregar dan Jonru misalnya. Mereka sengaja menyebar hoax dan memancing keributan untuk menarik perhatian orang lain. Ada yang kemudian mati-matian menjadi pendukungnya sementara sebagian lain menjadi penentangnya. Namun apapun posisi orang-orang ini -baik mendukung atau menentang- telah membuat para buzzer ini menjadi terkenal. Lalu popularitas ini mereka manfaatkan untuk mendapatkan kekayaan.

Tak hanya para buzzer, para Selebriti sebenarnya juga sudah lama melakukan ini. Ketika popularitas mereka mulai meredup, maka mereka akan melakukan hal-hal yang menarik perhatian publik. Media kemudian berebut meliputnya dan dia dibicarakan dimana-mana padahal yang dia kerjakan cuma maju-mundur sambil pamer tas mahal.

Apakah cuma Buzzer dan Seleb yang melakukan itu? Tentu saja tidak. Para politikus, baik anggota DPR, pemerintah ataupun pihak oposisi juga melakukan hal yang sama. Berbagai kericuhan yang mereka timbulkan demi mencari perhatian telah menguntungkan mereka untuk mendapatkan kekuatan politik yang ujung-ujungnya juga menambah pundi-pundi kekayaan mereka sementara para pendukung cuma kebagian merongos doang dan kehidupannya ya begitu-begitu saja.

Attention Economy, demikianlah nama ilmunya.
Attention economics is an approach to the management of information that treats human attention as a scarce commodity, and applies economic theory to solve various information management problems

Ilmu yang sama, juga digunakan dalam industri Game dan Media Sosial. Pengguna dibuat menjadi kecanduan. Tiap detik, tiap saat selalu membuka Social Media. Acara makan dilakukan sambil membuka FB, WhatsApp, Instagram dan lain sebagainya. Saat bertemu dan berkumpul dengan kawan atau keluarga, telepon genggam tak pernah luput dari mata karena ada kerinduan yang meminta aplikasi tersebut dibuka.

Penyelesaian Disertasi menjadi tertunda karena ada notifikasi dari Facebook. Pekerjaan tidak selesai tepat waktu karena banyak interupsi notifikasi dari WhatsApp. Tagihan kartu kredit lupa dibayar dan kena denda karena terlalu asyik membuka Instagram dan lupa kalau sudah kena tenggat. Pacar minta putus gara-gara keasyikan main game yang sedang dalam fase seru-serunya.

Perhatian kita dicuri oleh aplikasi-aplikasi, yang memang dirancang untuk mencuri perhatian kita.  Mereka mendapatkan keuntungan, sementara kita jika tak sadar bisa kehilangan banyak hal karenanya.

Namun, sadarkan kita?

Comments

  1. help me...aku sadar tp sulit utk meninggalkan😭😭😭

    ReplyDelete
  2. Dan saiah tersindir... 😥😥😥😥

    ReplyDelete
  3. Kalau udah addicted banget, harus bikin perubahan mendadak dan melatih kebiasaan baru. Kapan2 aku tulis caranya ya. Aku juga pernah soale :D

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Jurus Mencari Jodoh

Tertipu Hitungan Kartu Belanja Carrefour

Ngadutrafik 2007 dan perilaku lapor-melapor