Episode Landlord

Enam tahun yang lalu aku memulai sebuah episode baru dalam hidupku yg aku namai episode expat. Seharusnya ada beberapa episode lagi dalam hidupku yang ingin aku tulis, namun karena gairah blogging sempat hilang cukup lama maka episode-episode itu tidak sempat tertulis. Aku bahkan lupa atau tak sempat mengabarkan bahwa aku sudah sempat pindah negara -yg mana sebelumnya aku tinggal di Kuwait dan sekarang di Dubai/UAE- karena sangat malasnya aku menulis saat itu.

Akhir2 ini aku memutuskan untuk mulai blogging lagi. Bukan disebabkan karena Pilpres yg menyebabkan beberapa selebriti mendadak blogging lagi, namun hanya disebabkan karena kadang memory itu selain indah untuk dikenang juga bisa membangkitkan semangat di kemudian hari. Catatan-catatan memory ini bisa diwujudkan dengan salah satunya kegiatan blogging ini.

Baiklah, kali ini aku mulai sebuah kisah baru yg aku beri nama "Episode Landlord".

Saat ini aku sudah tinggal di Dubai selama lebih dari 4 tahun. Saat kedatanganku di Dubai tahun 2010 lalu, Dubai sedang dalam kondisi sepi karena dihajar krisis moneter. Banyak expat yg terpaksa kabur kembali ke kampung halaman karena kehilangan pekerjaan dan tidak mampu membayar hutang. Sebagian dari mereka malah meninggalkan mobil2 mewah yg mereka beli -dengan berhutang tentunya- di airport karena tak mampu melunasi cicilannya.

Buatku kondisi tersebut justru menguntungkan. Karena negara sedang sepi, maka harga sewa apartemen relatif murah, tidak seperti sebelum krisis yg mana sebagian teman bahkan terpaksa tinggal di pinggir kota atau sharing kamar dengan orang lain karena saking mahalnya harga sewa tempat tinggal.

Rupanya Dubai tak lama dalam didera krisis. Sejak tahun 2010 itu orang2 mulai berdatangan kembali satu demi satu. Jalanan yg tadinya sangat sepi, mulai terlihat ramai. Dan satu hal yg membuat kami para pendatang di sini khawatir adalah harga apartemen yg mulai naik lagi.

Situasi ini membuatku mulai berpikir. Akankah terjadi lonjakan harga seperti sebelum krisis tahun 2007? Haruskan aku pindah ke tengah gurun karena tak mampu membayar sewa apartemen di kota? Akhirnya, diiringi dengan keputusan sebagian teman2 untuk membeli rumah/apartemen, aku juga tertarik untuk melakukan hal yg sama.

Tantangan pertama yg aku hadapi adalah masalah klasik yaitu masalah uang. Ternyata bank hanya bersedia meminjamkan uang maksimum 75% dari harga property. Sementara yg 25% harus dibayar sendiri. Sialnya, yg 25% itu ternyata juga bukan angka kecil yg mudah didapat. Apalagi karena selama ini aku kurang banyak menabung sehingga tak punya cukup uang untuk melunasi down payment ini.

Namun karena tekad sudah bulat, aku nekad tetap mencoba mengajukan permohonan pinjaman ke bank sambil berpikir belakangan bagaimana caranya menemukan yang 25% tersebut. Aku mencoba meminjam sana-sini pada teman2 dan handai tolan. Dan tentu saja ini tidak mudah, karena uang yang aku butuhkan itu tidak sedikit.

Akhirnya keberuntungan itu datang juga, seperti dikatakan Oprah Winfrey yang aku baca dalam sebuah buku karangan Wiseman yg berjudul "Luck Factor", Luck is when preparation meets opportunity. Karena aku broadcast sana ini, akhirnya salah seorang sahabat yg baik hati dengna tulus bersedia meminjamkan uang padaku jika uangku tidak cukup untuk membayar down payment. Hatiku mulai lega, sehingga aku bisa melanjutkan proses pencarian pinjaman dan pembelian sebuah apartemen yg cocok.

Salah satu pendapat  sahabatku itu membuatku tersenyum. Beliau berkata,"Rumah itu seperti istri. Kalau sudah jodoh, tak akan lari kemana".

Singkat cerita, sahabatku benar. Tiba2 saja jalan terbuka dari beberapa tempat, dan aku tiba2 jadi punya cukup uang untuk membayar down payment. Aku bahkan tidak jadi meminjam uang pada sahabatku tersebut. Dan akhirnya tanggal 4 July 2014 aku memulai episode baru yaitu "Episode Landlord". Jika dulu aku harus membayar sewa apartemen per tahun pada pemilik property yg kami sebut landlord, maka sejak tanggal tersebut aku membayar sewa itu pada diri sendiri berupa uang cicilan pada bank yg harus aku lunasi.

Tentu saja hidup jadi berbeda. Jika dulu aku tak pernah memeriksa kapan gaji bulanan tiba karena gaji bulanan selalu lebih dari cukup, kali ini aku harus berhitung dengan detail supaya tagihan bank bisa selalu dibayar tepat waktu. Hidup rasanya jadi sedikit lebih ketat, namun ini adalah sesuatu yang layak dibayar demi masa depan yang cerah.

 

Comments

  1. Selamat bang Al. Sepuluh tahun lagi, nilai properti dari "cicilan hutang atas investasi" itu akan berlipat ganda. Lima tahun lagi cicilan hutang ke Bank juga tidak akan terasa lagi.

    Saat bang Al pulang kampung dan menjual properti itu, mungkin bang Al akan menjadi miliader.

    ReplyDelete
  2. Makasih do'anya om Suhartono :)

    ReplyDelete
  3. Assalamu'alaikum Bang, salam kenal.
    Waaah keren euy beli properti disana.
    Mau tanya bang, ada info yang menyewakan apartment ga di dekat Dubai Internet City gitu..?
    Thanks before.

    ReplyDelete
  4. […] aku tak menambahkan episode baru di blog ini, setelah episode terakhir yang aku namai dengan “Episode Landlord” ditayangkan 4 tahun yang lalu. Well, sebenarnya ada beberapa episode yang terjadi di antara […]

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Jurus Mencari Jodoh

Tertipu Hitungan Kartu Belanja Carrefour

Ngadutrafik 2007 dan perilaku lapor-melapor