Rasa ingin tahu

Beberapa bulan terakhir ini, aku makin jarang menulis. Tulisan-tulisanku baik di milis ataupun blog makin mandeg dan jarang diupdate. Lama aku bertanya-tanya mengapa hal ini bisa terjadi. Yg aku tahu hanyalah bahwa aku kekurangan ide, tidak tahu lagi apa yg pas dan bisa aku tulis. Cukup lama aku mentok di situ dan kehabisan akal bagaimana caranya memunculkan ide. Ada yg bilang bahwa ide itu bisa muncul di kamar mandi dan oleh karenanya bawalah Black Berry ke kamar mandi sehingga bisa menulis ketika sedang buang air besar. Ide ini selalu lupa aku coba, karena aku sangat menikmati buang hajat di kamar mandi dan juga nggak punya BlekBiri.

Belakangan ini, secara tak sengaja aku mengamati bahwa salah satu sebab aku kekurangan ide adalah karena aku juga memiliki rasa ingin tahu yg tidak terlalu besar. Aku sering memperhatikan beberapa teman yg tiba2 menanyakan sesuatu yg ternyata menarik untuk dibahas padahal tidak pernah terpikir olehku untuk mempertanyakan hal tersebut.
Katakanlah seperti misalnya pertanyaan,"bang, di Kuwait bisa lihat perempuan pakai bikini nggak?". Aku nggak pernah terpikir untuk menanyakan demikian pada temanku yg pernah ke negara arab juga sebelumnya, namun temanku kok bisa ya terpikir demikian. Pertanyaan-pertanyaan ini jika dijawab tentu akan menambah pengetahuan si penanya yg pada suatu saat nanti mungkin bisa berguna bagi si penanya yang salah satunya adalah dengan menulis blog.

Mengapa aku bisa terpikir untuk menggugat rasa ingin tahuku yg kurang ini? Aku tergugah ketika beberapa hari yg lalu membaca tulisan Mas Rovick tentang "tersambar petir". Topik ini sebetulnya simple sekali, yaitu rumahnya tersambar petir. Namun herannya dari topik sebegitu sederhana Mas Rovick bisa mengulas panjang lebar tentang petir dan
bahkan akhirnya bisa menampilkan foto-foto batu petir yg barangkali di miliki oleh Gundala si putra petir. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Tampaknya karena rasa ingin tahu, yg membuat ingin mencari-cari, dan akhirnya kemudian dibungkus menjadi sebuah cerita yg menarik.

Hal yg sama juga terjadi pada Kibroto yg rasa ingin tahunya juga aku lihat sangat besar. Bayangkan saja, beliau bisa menghubungkan topik Investasi dan rasio jari manis vs jari telunjuk seseorang. Tidak banyak orang yg sebelumnya terpikir bahwa rasio jari bisa dihubungkan dengan investasi. Namun begitulah, topik ini sempat membuat ramai
jagad milis dan bahkan mampu memancing para penghuni kampung menampilkan foto-foto lucu, yaitu orang-orang tidak tampan yg memamerkan jari2nya. Topik ini juga mampu membuatku di rumah mainan jari sambil membandingkan jari2ku dengan jari2 istriku. Dugaanku ada juga berapa warga milis kampung yg lain yg juga mainan jari di rumah gara2 topik yg menarik ini.

Aku mencoba berkaca dan belajar dari orang-orang sukses tersebut di atas dan menyadari bahwa rasa ingin tahuku tidak begitu besar. Kecilnya rasa ingin tahu ini membuatku jarang bertanya sehinga seringkali juga kehabisan bahan kalau sedang berbincang-bincang dengan seorang teman. Rasanya akan ada banyak perubahan dalam hidupku jika
aku bisa meningkatkan rasa ingin tahu ini. Nah yg menjadi pertanyaan saya, apakah rasa ingin tahu ini bawaaan genetik? Ataukan disebabkan oleh nurture? Dan bisakah rasa ingin tahu ini ditingkatkan? Jika bisa, bagaimana caranya? Ada yg bisa memberi masukan?

Comments

  1. asal jangan sampe ke taraf 'mau tauu aja' alias suka ikut campur urusan orang aja bang. kalo meningkatkan rasa ingin tau tinggal distimulus aja. seperti anak kecil kalo diberi mainan baru, kan diotak-atik terus. kalo bosen, beri lagi mainan baru atau sesuatu yang baru untuk dia otak-atik lagi. bisa diterapkan ke orang dewasa juga kayake :D

    ReplyDelete
  2. biasanya alasan jarang menulis.. karena ketagihan maen fesbuk... apalagi maen mafia war hehehehe

    ReplyDelete
  3. terima kasih artikel anda sangat bermanfaat bagi saya dan keluarga comment 378

    ReplyDelete
  4. Mafia wars kadang menjebak tuh kalo dah sukses disitu.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Jurus Mencari Jodoh

Tertipu Hitungan Kartu Belanja Carrefour

Ngadutrafik 2007 dan perilaku lapor-melapor