Bis 38

Ketika dulu di jakarta, aku beberapa kali menulis review tentang pengalamanku numpak Bus Way.  Sekarang setelah beberapa minggu di Kuwait, rasanya ada bagusnya kalau aku review juga pengalaman numpak Bis 38 yang setiap hari aku tumpangi dalam perjalanan dari rumah menuju kantor.

Bis 38 ini adalah satu-satunya bis yang rute-nya melewati daerah tempat kos-ku di sini dan kantor. Ukuran bis-nya ukuran sedang, sedikit lebih besar dari metro mini, namun lebih kecil dari patas AC di jakarta. Kondisi fisik bis-nya biasa-biasa aja, nggak jelek kayak metro mini dan juga nggak bagus kayak bus way. Di dalamnya cukup nyaman, karena AC-nya selalu dingin dan penumpangnya ngga pernah berjubel seperti bis-bis di Jakarta.

Perilaku bis agak beda dengan di Jakarta. Walaupun tidak memiliki jalur khusus seperti Bus Way, namun bis tidak pernah nge-tem (note: bis berhenti menunggu penumpang sementara supirnya pipis di pintu bis) . Bis secara teori hanya berhenti di halte, walaupun pada kenyataannya satu dua orang nyetop di jalan bis juga berhenti. Dan bis juga tidak selalu berhenti di halte jika nggak ada penumpang yg turun, jadi kalau kita bengong maka ada kemungkinan akan ketinggalan bis.

Di dalam bis, jarang diiringi musik seperti bis antar kota di Indonesia. Namun radio-nya sepertinya dinyalakan, karena terdengar ceramah agama di dalam bis. Terakhir sewaktu naik bis di jakarta (Patas AC, dan bukan bus way) juga pernah dapat ceramah agama di dalam bis. Cuma kalau di Jakarta yg ceramah itu setelah selesai ceramah akan mengeluarkan kotak kecil dan berkeliling menunggu sedekah dari penumpang. Di sini ceramahnya dari radio, jadi nggak ada yg bertugas bekeliling minta recehan.

Penumpang perempuan di sini enak-enak, karena mereka selalu dapat duduk. Barisan bangku paling depan untuk perempuan. Jika bangku2 depan sudah terisi semua, namun masih ada perempuan yg naik, maka yg laki2 harus dengan sadar diri berdiri dan menyerahkan bangku itu pada penumpang perempuan. Agak beda dengan di Jakarta yg mana penumpang masih boleh pura2 tidur bahkan ketika ada perempuan hamil yg sedang berdiri sekalipun.  Makanya kalau naik bis aku memilih duduk di barisan belakang, daripada nanti berdiri kalau ada perempuan. :D

Begitulah pengalaman naik bis 38. So far belum ada complain, karena jarak tempuh yg relatif dekat maka jarak perjalanan juga nggak lama, dan bisa santai2 berangkat dari rumah.

Comments

  1. aduh bang al... jangan mulai banding2in semuanya dengan di jakarta... keliatan jeleknya semua entar negeri kita.

    ReplyDelete
  2. jadi malu jadi orang indonesia :)

    ReplyDelete
  3. Antony: Duh, jadi salah deh. Maksudnya tadi cuma review, bukan membanding2kan. Musti belajar cara review yg lebih baik nih.

    ReplyDelete
  4. Belom pernah disenggol homok arab, bang?

    ReplyDelete
  5. Andra: masak di jakarta disenggol homo, di sini masih juga disenggol homo Ndra? :D

    ReplyDelete
  6. gag seru gag pake skringsot! :D

    ReplyDelete
  7. huehehehe si andra dha biasa disenggol homo yah?
    sebenernye kalo mau membandingkan dengan indo..
    indo masih banyak kelebihannye..
    (kelebihan penumpang, kelebihan copet and yang so pasti kelebihan timbal hehe)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Jurus Mencari Jodoh

Tertipu Hitungan Kartu Belanja Carrefour

Ngadutrafik 2007 dan perilaku lapor-melapor