Suka duka Jalan Tol Lingkar Luar

Sejak jalan Tol Lingkar tersambung dengan Tol Cikampek dan beroperasi, irama jalan raya di sekitar tempat tinggalku menjadi berubah. Kebetulan aku tinggal cukup dekat dengan salah satu pintu tol lingkar luar ini sehingga sudah cukup lama menjadi pelanggan jalur ini mengingat pada saat tol ini belum tersambung dengan Cikampek tarif jarak pendek masih Rp 1.000.

Sejak tarif pukul rata Rp 6.000, tampaknya cukup banyak orang yang mengalami pembengkakan budget karena sering menggunakan tol ini untuk jarak pendek sehingga memilih untuk tidak lagi menggunakan jalur tol untuk jarak dekat. Jalan alternatif (atau sebetulnya jalan utama ya) yang dulu tidak begitu padat, sekarang menjadi sangat padat dan macet. Kondisi ini sungguh menempatkan sebagian orang, termasuk saya, dalam posisi sulit. Pilihan yang tersedia cukup rumit, yaitu menghemat Rp. 5.000 sekali jalan, atau kehilangan waktu dan tenaga. Pada kebanyakan situasi saya lebih memilih untuk memilih lewat tol, yang katanya jalan alternatif itu.

Walaupun untuk jarak dekat tol ini merugikan, namun untuk jarak jauh tarif pukul rata ini memberi pengaruh baik juga. Dengan sistim tarif seperti ini, pintu keluar relatif lebih lancar daripada sebelumnya, karena pelanggan tidak lagi harus melapor pada petugas untuk membayar di pintu keluar. Hilangnya kemacetan di pintu keluar ini membantu kelancaran arus di dalam juga, karena kemacetan di pintu keluar biasanya mengimbas juga pada pelanggan yang tidak keluar di pintu tersebut. Orang Indonesia memang senang berbagi, sehingga ketika dia mengalami kemacetan maka dia merasa perlu membagikan kemacetan yang dialaminya dengan mengambil jalur kanan ketika antri di pintu keluar yang ada di sebelah kiri. Akibatnya pengguna lain yang berada di jalur kanan ikut terkena macet walaupun dia tidak ingin keluar di pintu tersebut.

Meskipun banyak yang protes tentang sistem pentarifan di jalan tol ini, tol ini justru tampak lebih ramai daripada sebelumnya. Entah karena banyak pelanggan jarak jauh yg sekarang menggunakan tol ini, atau karena sudah tersambung ke Cikampek, yang jelas tol yg dulu sepi seperti kuburan ini sudah ramai. Kondisi ramai lancar ini menurut saya juga bagus, karena situasi ini bisa mengurangi kecelakaan. Sewaktu tol ini sepi, hampir setiap hari saya harus terjebak macet di tol ini karena ada yang kecelakaan. Hal ini wajar, karena banyak pengemudi Indonesia yg tidak pandai membaca sehingga batas kecepatan maksimal yg ditulis dalam rambu-rambu sering tidak terbaca. Membatasi kecepatan dengan menambah jumlah mobil di jalan ini lebih efektif daripada tulisan pada rambu lalu lintas.

Tol ini juga membuat saya merasa dekat dengan Bekasi. Walaupun tempat tinggal saya sebetulnya ada dalam kekuasaan pemerintah Bekasi, namun karena akses jalan ke Jakarta lebih dekat dan lebih bagus maka dulu saya selalu tersiksa jika harus pergi ke Bekasi. Sekarang saya bisa sampai di Bekasi dalam waktu tempuh hanya 30 menit. Waktu tempuh yang cukup manusiawi bagi saya.

Satu hal yang membuat saya masih bertanya-tanya dalam hal pembuatan jalan tol ini adalah timbulnya pencekikan (bottle neck) pada jalan yang menghubungkan tol lingkar luar dengan tol Cikampek. Jalan yang disediakan hanya satu jalur, sementara truk-truk besar yang dikemudikan oleh pengemudi yang tidak bisa membaca juga boleh lewat di situ. Truk-truk besar yang melintas dengan kecepatan di bawah batas kecepatan minimum ini tentu saja membuat kendaraan-kendaraan lain yang ada di belakangnya ada dalam posisi sulit. Apakah "bottle neck " ini memang sengaja dibuat oleh perencana jalan untuk mengendalikan arus kendaraan ? Entahlah, ada yang tahu jawabannya ?

Demikianlah perubahan karakteristik jalan yang harus membuat pengemudi harus berganti strategi lagi dalam memilih jalan (emangnya ada pilihan?) . Ada yang mempunyai pengalaman juga terkait dengan jalan tol ini?

Comments

  1. pertamax! *junker gitu loh!*
    hmm...saya sih secara pribadi gak begitu merasakan dampak dari kebijakan baru ini, karena saya memang sangat jarang lewat jalan tol :P

    ReplyDelete
  2. Karena nggak mau dianggap junker :)

    Terus terang, saya tidak peduli dengan yang namanya jalan tol mau lingkar mau lurus. Jalan tol menurutku hanya sebagai solusi sesaat. Coba jika pemerintah arif dan tidak cari untung terus, dengan membuat jalan tol yang dilengkapi dengan jalan kereta api. Masalah kemacetan mungkin akan tinggal kenangan, orang dapat memilih menggunakan mobil atau sedikit ngirit dengan naik kereta api.
    Jadi apabila tarif toll nya naik, ya tinggal pindah moda transportasi lain yang hemat biaya dan hemat tenaga.

    **ayo naik kereta, parkir mobilmu di stasiun saja**

    ReplyDelete
  3. Yang jelas saya sekarang lebih cepet nyampe kantor, entah karena berkurangnya pemakai tol karena harga tambah mahal atau karena hambatan pintu keluar ke arah Pasar Minggu/Depok dan Warung buncit yang acap macet sudah tidak ada lagi.

    ReplyDelete
  4. @Hedwig: Kapan bikin stasiun kereta dekat rumah saya ? Lah sekarang jarak rumah saya ke stasiun lebih jauh daripada jarak saya bepergian ke tempat tujuan jhe.

    @Thamrin: Menurutku cepet karena pintu keluar nggak macet. Kalau kepadatan sepertinya lebih padat dari dulu (ramai tapi masih sangat lancar)

    ReplyDelete
  5. Menurut saya ini jalan tol yang jeleknya minta ampun, bergelombang, nggak rata, dan rambu masih minim, tapi tarifnya gila-gilaan.

    Penarifan pukul rata adalah hal tebodoh yang dilakukan Jasa Marga.

    ReplyDelete
  6. wah..
    untungnya saya sudah pindah..
    ga kuat naek tol mulu.. :p
    hanya kadang-kadang saja,
    dan itu pun ambil rute terjauh (bsd-dukuh)..

    ReplyDelete
  7. Kalo diperhitungkan sama cost BBM nya juga gimana ya bank?

    ReplyDelete
  8. @Macanang: Kemarin saya coba lewat jalan luar tol, tampaknya harga BBM yg dibayar bisa lebih dari 6 ribu, karena jalannya lebih jauh, dan harus kena macet setengah jam. Itu saya masih beruntung, karena saya berada pada arus balik. Arah sebaliknya jauh lebih macet lagi.

    Kesimpulan, lewat tol atau nggak lewat tol, tetap aja budget transportasi membengkak.

    ReplyDelete
  9. waduh .. kalau tarif segitu disini .. bisa gawat deh dapur rumah ku :(

    ReplyDelete
  10. :-D suka duka pengguna jalan tol..

    ReplyDelete
  11. Yang jelas patungannya nambah bwt transport dr bogor k kantor... Tapi macetnya tetep sama...

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Jurus Mencari Jodoh

Tertipu Hitungan Kartu Belanja Carrefour

Ngadutrafik 2007 dan perilaku lapor-melapor