Jurus menjual tanaman ala Cowokus Kemayus

Cowokus Kemayus adalah salah satu pakar ekonomi Romawi yang diutus oleh Julius Caesar untuk menaklukkan Galia Indomietaba. Keajaiban ramuan khasiat yang dibuat oleh dukun Panoramix telah membuat pasukan romawi putus asa bertempur melawan pasukan Asterix yang dipimpin kepala suku Abracourcix ini. Lelah bertempur dengan tenaga fisik, maka Julius Caesar akhirnya menggunakan strategi lain untuk mengalahkan
Galia setelah menerima usulan dari Cowokus Kemayus.

Strategi yang digunakan oleh Cowokus Kemayus adalah membuat para pasukan Galia ini sibuk berdagang sehingga malas bertempur. Korban pertama Cowokus Kemayus adalah Obelix. Pakar ekonomi romawi ini menemui Obelix dan membeli batu Menhir buatan Obelix dengan harga tinggi. Obelix pada awalnya terkejut karena batu Menhirnya selama ini tidak ada yg mau membeli. Namun Cowokus Kemayus meyakinkan Obelix dengan mengatakan bahwa batu Menhir itu sangat mahal harganya di Roma. Hari demi hari Cowokus Kemayus membeli batu Menhir dari Obelix dengan harga yang makin mahal dan meminta makin banyak batu Menhir. Hal ini membuat Obelix makin rajin membuat batu Menhir sehingga malas bertempur bahkan berburu babi hutanpun dia tidak mau. Perubahan Obelix ini tentu saja terlihat oleh orang lain. Dan karena tergiur oleh harga batu Menhir yang tinggi, maka akhirnya makin banyak orang-orang yang membuat batu Menhir dan malas bertempur.

Cerita lengkap tentang Cowokus Kemayus dan Obelix silahkan dibaca sendiri di salah satu buku Asterix. Yang ingin saya angkat di sini hanyalah bahwa pembeli dengan uang banyak ternyata bisa membuat orang belomba-lomba membuat batu Menhir yang tadinya tidak ada harganya sama sekali itu.

Fenomena batu Menhir ini membuat saya menduga-duga kisah apa yang melatar-belakangi bisnis tanaman mahal yang muncul belakangan ini. Rasanya sulit dimengerti mengapa tanaman yang tampaknya biasa-biasa saja itu memiliki harga yang sangat mahal hingga jutaan rupiah. Dan yang makin aneh lagi, harga tinggi itu tidak bertahan lama. Ketika tanaman ini sudah banyak di pasaran, maka harga tanaman tersebut turun. Cobalah perhatikan Aglonema yang pertama kali muncul dan harganya selangit. Tanaman ini sekarang sudah tak berharga lagi. Dan sekarang ada banyak muncul tanaman-tanaman baru yang juga berharga tinggi yang sebagai contohnya saja "Gelombang Cinta". Saya tidak melihat keindahan sama sekali dari tanaman ini, namun harganya mencapai puluhan juta rupiah. Entah berapa lama harga ini akan bertahan. Bisa jadi nasibnya sama seperti tanaman-tanaman sebelumnya.

Mengapa harga tanaman yang biasa-biasa itu bisa melambung tinggi? Saya tidak tahu persis jawabannya. Namun bisa jadi hal ini terjadi karena adanya Cowokus Kemayus di belakang cerita ini. Bayangkan misalnya Cowokus Kemayus memborong sebuah jenis tanaman yg langka di pasaran dengan harga satu juta rupiah. Tanaman tersebut tidak harus bagus, yg penting adalah tanaman itu tidak banyak ditemukan di pasar. Sambil memborong tanaman langka tersebut tentu saja Cowokus Kemayus juga mengembuskan cerita baik melalui tabloid atau majalah bahwa tanaman tersebut sedang dicari-cari dan mahal harganya. Ditambah dengan kesaksian orang-orang yang pernah memilki tanaman tersebut (anggaplah namanya Obelix) dan dibeli oleh orang lain (kaki tangan Cowokus Kemayus) dengan harga mahal, maka cerita ini akan makin dipercaya oleh banyak orang sehingga termakan cerita ini akan ikut2an membeli tanaman ini dengan harapan bisa dijual lagi dengan harga yang lebih mahal. Sesuai hukum Ekonomi, Peningkatan permintaan ini tentu saja akan melambungkan harga tanaman ini. Dan karena tanaman-tanaman tersebut sudah diborong oleh Cowokus Kemayus, maka tanaman-tanaman ini makin sulit dicari yang menyebabkan harganya makin mahal dan makin mahal saja. Ketika harga tanaman ini sudah dirasa cukup tinggi dan permintaan pasar sudah sangat tinggi, Cowokus Kemayus kemudian menjual tanaman-tanamannya. Anggaplah tadinya Cowokus Kemayus membeli tanaman ini dengan harga 1 juta dan kemudian menjualnya dengan harga 5 juta, maka Cowokus Kemayus bisa mengembangkan uangnya yang 1 milyar menjadi 5 milyar. Seiring dengan banyaknya pembeli tentu juga akan memancing banyak orang untuk ikut2an berbisnis tanaman ini. Akibatnya tanaman ini tidak lagi menjadi tanaman langka dan harganya turun. Tinggalah para korban pembeli tanaman ini kebingungan melihat tanaman mahalnya turun harga sementara Cowokus Kemayus sudah mulai mencari tanaman baru lagi untuk diubah menjadi tanaman mahal.

Nah, bagaimana dengan anda? Tertarik untuk menggunakan jurus Cowokus Kemayus ini? Jika anda banyak uang, mungkin anda bisa menggunakannya. Namun jika anda hanya ikut2an memberi tanaman mahal, maka waspadalah, jangan investasikan uang anda terlalu lama di tanaman mahal ini. Segera jual tanaman anda ketika sudah ada orang lain yg menawarnya dengan harga yang sedikit lebih mahal. Jangan tunggu terlalu lama dan membuang waktu anda untuk membiakkannya, karena ketika tanamanan ini berhasil dibiakkan, harga mungkin sudah turun drastis karena Cowokus Kemayus sudah menjual semua tanaman-tanamannya.

Comments

  1. Kemungkinan adanya "permainan" dlm trend tanaman hias cukup terbuka, dan itu juga seringkali terdengar. Namun demikian dugaan tersebut tetap akan terus sebagai dugaan.

    Munculnya tanaman hias tetentu sebagai trend utama memang tak lepas dari peran media masa pertanian yg kini jumblahnya berjibun. Ciri khas media yg adalah menonjolkan 'barang baru' sbg headline semakin memancing minat penghobi baru. Nah ini runyam, karena bisa jadi media 'dianggap' sebagai corong "produsen" tanaman hias.

    Keberadaan Cowokus Kemayus semakin tak bisa dikenali mengingat karakter produk pertanian terkait dgn lag time. Dus melonjaknya demand tak mungkin dikejar oleh supply. Karenanya harga menjadi pengontrol utama.
    Semangkin lama seiring menurunnya minat, para petani mulai pula membesar kapasitas produksinya. Dan tunduk oleh hukum ekonomi pula, para petani itu akan menurunkan kapasitasnya kala demand menyusut. Petani itu pada akhirnya lebih sering dlm posisi trading remorse. Kini petani adenium dan euphorbia mesti rela melepas dagangannya dgn harga lebih murah dibanding saat membeli indukan. Begitupun kelak petani aglaonema dan juga anthurium gelombang cinta akan menemui harga yg tidak berpihak.

    Tanpa adanya Cowokous kemayus atau Cewekus gembagus fluktuasi harga komoditas pertanian memang sangat rentan terpengaruh oleh fluktuasi demand. Bahkan sanseviera (lidah mertua) dan puring (tanaman kuburan) yg dulu emoh dijamah penghobi kini pun memiliki harga akibat ulah media.

    (ibk)

    ReplyDelete
  2. hmm...
    kalo diliat dari sisi positifnya sih yah nggak apa-apa toh, kan ini salah satu cara memasyarakatkan kekayaan alam Indonesia. Sekalian melestarikan tanaman pula. Tanaman banyak gunanya lho bang.
    Tapi di sisi lain, gw juga sempet kepikiran itu sih.

    ReplyDelete
  3. Wah, saya blom bisa komen banyak, neh. Belajar dulu soál tanaman disini.

    ReplyDelete
  4. saya banyak belajar dari tulisan ini, dan masih harus banyak belajar lagi.

    ReplyDelete
  5. kok namanya kayak orang jawa ya?? kemayu :D:D

    ReplyDelete
  6. Di sisi cerita memang menguntungkan tetapi bagi pemain baru di bidang tanaman banyak jatuh korban.Cerita singkatnya banyak org2 menghalalkan segala cara dgn pinjam di sebuah bank hanya untuk membeli tanaman seharga 60 juta.Apakah masuk akal,apabila one day harga tanaman itu jatuh dan tidak seimbang lagi dibanding bunga bank yg harus ditanggung,ada yg menjual harta benda termasuk spd motor, hewan (sapi)yg notabene sebagai modal hidup selama ini.Bahkan ada yg KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) hanya karena tanaman yg lagi BOOMING...seolah pikiran sudah dibutakan degan banyaknya untung yg akan didapat...

    ReplyDelete
  7. wah cerita yang menarik, buat di pelajari lagi. "salah satu Strategi memukul lawan" kalo aku ngasih judul.

    Kembali ke topik pren, setau saya tanaman ini dari dulu emang dah mahal, dulu tahun 95-an mamakku beli tanaman ini udah ged sekitar 200 rebu "bolom krisis man.., cuman bedanya dulu jarang yang mau beli dan sekarang bejubel mau beli. yach wajarkhan kalo harga langsung melambung.

    Yach semoga adja ini bukan firasat buruk buat negara tercinta ini.

    Buat yang mau n minat bisnis Tanaman silahkan maju terus cari untung sepuasnya, mumpung masih bisa cari untung.

    Buat yang masih kebingungan dengan bisnis ini, mari lekas sadar dan ambil keputusan. Ikut apa tidak...

    Buat yang nggak demen "jangan sewot yach.....!" Inilah orang cerdik sedang cari duit. ada pelunga jalan adja. dari pada korupsi dan makan riba. "asal halal adja bung". namanya usaha.

    om dobelden :>..."Cowokus Kemayus" sindiran adja kok, kalo boleh aku tafsirkan "Cowokus Kemayus"= Cowok Kemayu. sebab menurut Bank Al yang suka taneman kan kaum hawa "kemayu" gandeng ini yang suka lanangan aias cowok yach di sebutnya "Cowokus Kemayus"

    maaf bila kurang berkenan.

    ReplyDelete
  8. Iya ya, baru sadar saya kalau mungkin ada permainan kayak gitu. Untung saya bukan penggemar tanaman, jadi gak ikut ketipu.

    Btw ... nama tanamannya kok ada yang aneh-aneh kayak LIDAH MERTUA. Dari pada lidah mertua kan lebih enakan BIBIR MENANTU atau PIPI IPAR atau PANTAT KEPONAKAN atau BETIS TANTE, dll. Ada-ada saja ya. Salam eksperimen aja.

    ReplyDelete
  9. #2 Mas Roi dan #7 Mas Effendy,

    Saya sebetulnya tidak menyebutkan "baik" atau "buruk"-nya bisnis tanaman hias mahal ini dan saya menyerahkan soal nilai itu pada pembaca.

    Fokus tulisan ini lebih pada strategi berjualan. Dengan kesadaran adanya Cowokus Kemayus, maka tingkat resiko dan strategi berdagang bisa dihitung lebih cermat.

    Soal nama Cowokus Kemayus, memang saya cuplik dari salah satu buku Asterix terjemahan Indonesia.

    ReplyDelete
  10. Saya pikir, apa yang dilakukan Cowokus adalah hal yang sama dengan apa yang dilakukan Chairman OSI, George Soros pada tahun 1997 di pasar keuangan/investasi Asia.

    Intinya sih, mau dagang taneman kek. Mau dagang g-string bermerk 'Aylopyu Papa' kek. Mau dagang barang renewable atau non-renewable. Kalau punya modal banyak dan menerapkan sistem perdagangan seperti Cowokus, pasti akan sukses.

    Masalahnya... Apakah yang Cowokus lakukan tidak bertentangan dengan hukum?
    Lalu, apabila tidak bertentangan dengan hukum... Apakah sesuai dengan budaya dimana ia berdagang?

    Kalau bertentangan, yaa nggak apa-apa juga sih. Paling-paling, resikonya, masuk penjara. Atau minimal disumpahin dengan kalimat tak senonoh oleh orang satu benua. Mirip-mirip George Soros gitu lah.

    Hehehe

    ReplyDelete
  11. wah, strategi si cowokus butuh banyak duit euy...
    susah juga nerapinnya kalo ga punya duit...

    lagipula membentuk image suatu barang agar mahal dihadapan pelanggan susah juga lho... dulu saya pernah nonton film kartun hunterxhunter, ada pelajarannya juga lho, ternyata menjual barang langka pun tak semudah yang dikira. banyak orang akan meragukan keasliannya. sehingga benar skill si pedagang yang akan menentukan hasilnya (tergantung keberuntungan juga ya). trus ternyata bukan hanya penjual yang harus extra hati2, pembeli pun harus sangat hati2 dalam membeli barang langka. banyak juga lho yang katanya langka, eh ternyata di daerah tertentu justru berjibun barangnya...

    kalo saya membeli mahal batu kali, apakah sekarang orang2 akan banyak menjual batu kali juga ya? hehe

    ReplyDelete
  12. Fenomena yang kurang lebih sama dengan istilah 'goreng saham' kalau di bursa? Harga dikerek tinggi lalu jual tanpa sisa. he..he.

    salam kenal
    abayara

    ReplyDelete
  13. Saya setuju dengan pendapat cowokus komayus arti bhs jawanya cowok kemayu dlm bahasa gaul adalah BANCI/bencong ...memang semua itu politik gimana orang berbisnis . tapi memang brengsek

    ReplyDelete
  14. Cara bisnis ala cowokus komayus /cowok kemayu alias banci memang udah lama and bukan hanya di bisnis bunga kembang yg tidak berbunga sampai bunga bang yg berbunga bunga ....mari kita berhati hati dlm menjalani hidup..hiduplah dgn sewajarnya yg masuk akal ...contohnya bunga gelombang cinta,kan bunga masak nilai istimewanya dlm daunya kan seharusnya dlm bunganya .emang brengsek hidup ini

    ReplyDelete
  15. diskusi yang menarik,sekedar meluruskan.

    untuk jenis aglaonema memang ada yang harganya 15rb/pot untuk jenis2 donna carmen.bahkan gratis.
    tapi untuk jenis2 koleksi seperti Adelia,Tiara dll dengan karakter2 tertentu masih tetap mahal karena hasil silangan dan pembiakan atau memperbanyaknya dengan split/stek atau biji yang jumlahnya bisa dihitung jari.indukan ibaratnya jualan pabriknya dan harus diakui tetap akan turun harganya tinggal pintar2 memanage.

    2.untuk jenis sansievera spt lidah mertua harganya relatif murah,hanya varian2 tertentu yang memiliki harga meskipun bisa dibilang murah,(barangkali)karena pembibitan yang mudah.

    3.anthurium terbagi menjadi anthurium bunga dan anthurium daun.gelombang cinta termasuk dalam keluarga Anthurium Daun,bukan keluarga anthurium bunga.harganya juga masih relatif murah kecuali harga indukan,karena sekali tongkol (semacam buah )dapat menghasilkan bibit +/- 800-an anakan.

    pehobi,pebisnis,agronomis tanaman hias kurang lebih sama "gilanya" dengan penggemar motor/mobil antik.yang (mungkin)ekonomi bukan menjadi tujuan satu-satunya.

    saya setuju dengan pendapat teman2 bahwa semua dikembalikan ke logika masing2.plus jangan mudah percaya kata media.


    salam

    ReplyDelete
  16. Sekedar sharing pendapat...
    Setahun lalu waktu baca di suatu majalah soal trend tanaman hias anthurium, saya gak percaya bahwa tanaman itu harganya mencapai jutaan. Soalnya, ada 2 pot anthurium wave of love di rumah, usia 10 tahun,dan yakin bahwa saat beli harganya gak segitu (karena gak ungkin ortu akan repot2 beli tanaman berharga ratusan ribu, apalagi jutaan). Selama ini saya saya hanya menganggap tanaman itu sbg penghias dgn bentuk dan ukurannya yang bisa menutup space teras, bukan alasan gengsi dsb.

    Telisik punya telisik, saya melihat adanya permainan pasar dalam dunia tanaman. Di majalah itu ditulis bahwa dekade 1990-an, harga anthurium wave of love berkisar Rp 1 jutaan. Bahkan pernah sekali waktu seorang tak dikenl menawar anthurium itu dgn harga fantastis: Rp 16 juta. Namun karena tanaman peninggalan alm. ibu dan nggak tertarik ikutan tren ajaib ini, saya nggak latah. Menurut Ayah saya pun, harga belinya dulu cuma sekitar Rp 25 ribu, dengan ukuran tinggi sekitar 60cm.

    Setelah bertemu dgn penjual tanaman yang rata-rata menjual kecap soal keindahan dan trend anthurium, kemarin saya ngobrol dgn pedagang tanaman yang sudah lumayan senior urusan tanaman hias. Ia sendiri heran dgn trend ini. Tahun lalu ia menjual anthurium wave of love seharga Rp 35 ribu saja, dan bulan2 berikutnya harga melonjak gila2an. Ia pun setengah nggak percaya, tanaman yang 'cuma begitu aja' bisa dihargai jutaan.

    Nah, kalau pedagang tanaman saja bilang setahun lalu harganya Rp 35 ribu (anggap dia memang terlambat tahu trend), darimana media itu bilang harganya jutaan? Justru dgn keterlambatan pedagang tsbt mengetahui harga pasar sesuai trend itulah, saya jadi makin yakin bahwa semua ini adalah permainan pasar. Meski berpedoman bahwa setiap individu mesti mengikuti akal sehat masing-masing, kecewa juga saya pada media yang tidak mengojok2 pembaca untuk ikut2an trend, tidak memberi info yang semestinya.

    Satu hal lagi yang mesti diingat, yang utama dari hobi tanaman adalah kecintaan pada alam dan lingkungan, bukan pada trend sesaat.


    cheers,

    d

    ReplyDelete
  17. saya juga punya tanaman bambu ori yang antik,normalnya bambu kan cabangnya kanan dan kiri,lah bambu punya saya,,,cabangnya ada di kanan semua berjejer 3 cabang,dari ruas bawah ke atas,mungkin bambu pertama di indonesia yang seperti itu,saat ini saya tanam di pot,yang mau nawar,,sebut saja tawaran tertinggi,,,saya hubungi lewat email kalo cocok.karena sudah terlalu sering hanya dilihat saja.

    ReplyDelete
  18. wah berarti lo ga idup dijaman ini deh. apa sih yang jaman sekarang ga dikapitalisasikan ? kalo mau nikmati hidup jalanin aja. intrik, trik, cara, sistem, politik, strategi, mlm, kapitalis, konsumerisme. itu lah keseharian kita

    ReplyDelete
  19. @paijo:

    Lidah Mertua, mungkin karena mitos bahwa mertua itu berlidah tajam dan beracun kali yach.
    Tanaman sansevieria ini khan bentuknya tajam dan juga sedikit beracun..he..he..

    ReplyDelete
  20. Memang, sekarang ini harga tanaman gak ada yang murah, aku sendiri sampe pusing lihat harganya, aku sendiri pernah punya pengalaman pribadi, yaitu sekitar 2 tahun yang lalu pernah beli tanaman sansevieria bagamoyensis harganya cuma 20 rb, waktu liburan tgl 25/12/2007 aku main ke rumah temenku di malang yang kebetulan penghobi tanaman hias, dan banyak memiliki majalah tentang tanaman. Saat itu aku iseng membuka salah satu tabloid dan aku melihat harga tanaman sansevieria tersebut yang persis seperti punyaku di rumah, harganya 1 juta. aku sampai kaget, dan waktu aku cek di pameran tanaman hias, pasaran harga sansevieria itu diatas 1 juta rupiah. Dahsyat memang lonjakan harganya!

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Jurus Mencari Jodoh

Tertipu Hitungan Kartu Belanja Carrefour

Ngadutrafik 2007 dan perilaku lapor-melapor