Meraih Cita tanpa peta menuju Cita

Sebuah nasehat terkenal berbunyi,"Gantungkan cita-citamu setinggi langit.". Konon kalimat ini dipopulerkan oleh Bung Karno dan sering saya dengar ketika saya masih di sekolah dasar. Makna dari kalimat tersebut adalah agar seseorang memiliki cita-cita setinggi-tingginya, walaupun pada saat itu tidak terbayang bagaimana caranya menggapai cita-cita yang setinggi langit itu. Guru SD saya berkata bahwa dengan menggantungkan cita-cita setinggi langit, maka kalau gagal sekalipun juga akan sampai di bulan.

Saya lebih optimis daripada guru SD saya. Bagi saya, menggantungkan cita-cita setinggi langit adalah agar saya bisa sampai ke langit, bukan berharap jatuh di bulan. Hanya saja,  agar saya bisa sampai ke langit, maka saya harus menjawab pertanyaan,"Bagaimana caranya saya bisa sampai ke langit ?"

Cita-cita setinggi langit itu sebetulnya dapat dikatakan sebagai cita-cita yg unpredictable, yaitu sebuah cita-cita yang kita sendiri tidak tahu bagaimana cara menuju ke sana. Dan lebih sulit lagi, orang lain mungkin juga belum pernah ada yg ke sana.
Jika diibaratkan orang yg sedang dalam perjalanan, menggapai cita di langit itu adalah bagai orang yg berjalan tanpa peta dan tidak tahu apakah tujuan itu berada di Utara atau Selatan, bahkan mungkin tidak tahu apakah tujuan itu ada atau tidak. Lebih sulit lagi, tidak ada orang lain yang bisa ditanyai bagaimana cara menuju ke sana karena belum ada orang yg pernah ke sana. Orang ini hanya berjalan dan berjalan sambil berharap bisa tiba di tujuan.

Apakah kasus ini benar-benar ada ? Apakah betul ada orang yg mempunyai keinginan yang dia sendiri tidak tahu bagaimana cara mendapatkannya ? Tentu saja ada, dan bahkan banyak sekali orang yg demikian. Sebagai contoh saja Prapto (bukan nama sebenarnya), yang ingin mempunyai istri yg cantik dan pintar. Selama ini dia banyak menemukan perempuan-perempuan cantik, namun tidak pintar. Sebaliknya, ketika dia menemukan perempuan yg pintar, ternyata tidak cantik. Dan ketika dia menemukan seorang gadis yg cantik dan pintar, ternyata gadis ini tidak mau menjadi istrinya dan sudah memiliki lelaki yang lain. Akhirnya Prapto menjomblo sampai usia 30-an karena masih kebingungan menemukan pujaan hatinya. Untunglah dia baru usia 30-an, seandainya dia 10 tahun lebih tua, tentu dia akan menjadi bintang sebuah film yg berjudul,"Still Virgin at 40" (eh, judulnya bener nggak ya ?)

Selain Prapto, ada banyak orang lain yg memiliki cita-cita yg unpredictable. Sebagai contoh adalah cita-cita Ichang (juga bukan nama sebenarnya) untuk bebas finansial. Ichang memang sempat membuka usaha keripik buah karena di-PHK. Namun menurut seorang pakar bebas finansial Ki Broto (yg ini nama sebenarnya) bahwa usaha yg dirintis karena kepepet di-PHK ini hanya akan angin2an dan mati ketika si pengusaha dapat pekerjaan lagi. Selain itu, untuk menjadi bebas finansial, dibutuhkan uang seribu dollar, yg tampaknya Ichang juga belum memilikinya. Lagi-lagi, cita-cita Ichang ini saat ini masih belum bisa diprediksi bagaimana cara mencapainya.

Tentu saja masih banyak contoh-contoh yg lain yg bisa diambil dari kehidupan sehari-hari yang tidak saya tuliskan di sini. Kasus-kasus ini menimbulkan pertanyaan yaitu,"Apakah yg harus dilakukan ketika sebuah cita-cita itu unpredictable ?". Apakah seseorang harus berhenti bermimpi dan mengganti cita-cita dengan sebuah cita-cita yg lebih jelas cara pencapaiannya ? Atau tetap bermimpi dan berjalan meraba-raba tanpa tahu ke mana arah menuju tujuan ?

Tentu saja ada dua sikap dalam menghadapi situasi tersebut. Yang pertama adalah menganggap cita-cita hanya sebagai mimpi yang tidak harus didapat dan cita-cita itu hanyalah motivasi saja. Sementara sikap yang kedua adalah tetap berharap meraih cita-cita tersebut dan mengharapkan keberuntungan.

Kebanyakan orang memposisikan cita-cita itu sebagai motivasi saja karena sadar bahwa dia tidak tahu bagaimana caranya meraih cita-cita tersebut. Kesadaran ini menybabkan orang tersebut tidak berani menentukan target kapan cita-cita tersebut akan tercapai. Mereka seperti guru SD saya, yg bercita-cita ke langit namun sebetulnya hanya ingin jatuh di bulan. Bercita-cita jadi CEO, namun jika jatuh-nya jadi Manager Operasional saja. Atau bercita-cita jadi pilot, akhirnya rela jadi sopir angkot saja, toh sama2 mengemudi angkutan berpenumpang khan ?

Sebagian orang lagi tetap nekat menggantungkan cita-cita yang tinggi dan benar-benar berharap cita-cita ini tercapai (bukan hanya berharap jatuh di bulan). Namun bagaimana caranya ? Tentu hanya ada satu cara untuk mendapatkan cita tanpa peta menuju cita, yaitu dengan mengharapkan keberuntungan. Seperti pernah saya definisikan sebelumnya dalam tulisan "Apakah keberuntungan itu", bahwa hanya orang beruntunglah yg bisa mendapatkan sesuatu secara sekonyong-konyong, tanpa peta tanpa rencana menuju ke sana, tanpa petunjuk. Tiba-tiba saja ujug-ujug Abrakadabra yang diharapkan itu muncul di depan mata.

Keberuntungan ? Ah, yg bener aja, masak sih mengharapkan keberuntungan ? Apakah keberuntungan itu boleh diharapkan ? Bukankah yg namanya keberuntungan itu datangnya acak ?

(bersambung)

Tulisan sebelumnya
    Apakah keberuntungan itu ?

Comments

  1. Thanks for the greetings :)

    Kunjungan pertama nih. Salam kenal ya.

    ReplyDelete
  2. Wah... kasus mas Prapto hampir mirip dengan saya. Sampai usia 29 tahun masih menjomblo karena mendambakan istri yang pintar, cantik, jujur, setia, etc, etc. Hehe... Untungnya saya berhasil menemukan "the one" saat umur 30 tahun.

    Mengenai gantungkan cita-cita setinggi langit (eh bang Al, ini ajaran dari Bung Karno dulu yah?), sepertinya memang lebih untuk ke arah motivasi. Katanya kalo kita sudah set cita2 kita ke mana, ada otak bawah sadar kita yang memacu kita untuk selalu "berusaha".

    Yang mungkin lebih menarik lagi adalah tentang cita2 dan realitas. Dulu sekali (sekitar 7 taun lalu, waktu masih sekolah di UGM), saya pernah punya cita2 ingin hidup di negara maju dan bekerja sebagai "tukang insinyur". Waktu itu, saya membayangkan segala sesuatunya pasti indah (tidak seperti di Indonesia yang amburadul penuh korupsi). Ternyata sekarang setelah cita2 saya tercapai, realitas tidak seindah yang dulu saya bayangkan.

    Sama seperti mas Prapto yang mendambahkan istri cantik dan pintar. Bagaimana setelah menemukan, ternyata realitas tidak seindah yang dibayangkan? Bagaimana jika ternyata istrinya tidak setia, suka menyeleweng... :(

    Wah, malah jadi ngelantur gak karuan. Hehe...

    ReplyDelete
  3. Bank Al-,
    Itu pilemnya 40 Year Old Virgin kan?

    ReplyDelete
  4. Salah ngga sih kalau cita-cita itu diselaraskan dengan keadaan. Karena kadang cita-cita itu lebih mirip sebagai mimpi yang tidak pernah jadi kenyataan. :D

    ReplyDelete
  5. Aku selalu berpesan pada anakku " kamu harus punya cita2 setinggi langit, kepepetnya nggak nyampe..minimal nggak nempel aja dibumi"

    Menurutku ada yang melebihi cita2 yang setinggi langit itu,namanya mimpi....
    Seperti orang yang nggak beli undian tapi sibuk banget mikiran "nanti kalo dapet 1 milyar duitnya diapain ya..."

    Menurutku kalau orang sudah berniat membeli undian,maka otomatis dia akan berharap untuk menang karena memang ada usaha.Dengan kata lain jika dia menang, namanya bukan keberuntungan spt yg dimaksud bank Al(beruntung karena bejo keambil nomernya emang iya..),tapi dia berhasil mewujudkan cita2 tidak cuma bermimpi. :)

    ReplyDelete
  6. kata orang bijak juga : tapi jangan sampai cita2mu jadi penghalang dalam menjalani hidup yang indah dan berguna ini...

    ReplyDelete
  7. saya masih belum bisa membedakan antara cita-cita dan keinginan. hidup kok jadi rumit ya?

    ReplyDelete
  8. Antony: setuju, bahwa cita2 itu kadang setelah tercapai tidak seindah yg diperkirakan. Namun kisahmu bagus, bahwa cita2 itu bukan hanya sekedar diimpikan, tapi juga untuk dicapai
    Cak Min: bener, makasih koreksinya.. aku selalu lupa judul film itu. :D
    Putradi: Sebagian orang berpendapat begitu. Namun bagiku yg namanya cita2 itu dibuat untuk dicapai, bukan hanya sekedar untuk motivasi
    Larasari: pendapatnya mirip seperti guru SD-ku.
    Passya: Setuju
    Bangsari: Hidup bisa dibuat rumit dan dibuat mudah. Tinggal pilih yg mana.

    ReplyDelete
  9. Sedikit berbagi utk Bangsari;
    Keinginan tu bagi saya ndak lantas jadi cita2. Apalagi keinginan biasanya lebih bersikap impulsif; hangat2 musiman. Keinginan tuk beli PS2, tuk beli motor baru, apa2 yg sifatnya jangka pendek dan bergantung ma mood.

    Cita2 tu bagi saya adl keinginan yg matang, sifatnya lebih rasional. Biasanya mencakup perihal2 yg lebih luas ketimbang kepentingan diri sendiri. Ada aspek kontribusi dan kemanfaatan di sana.

    Tapi juga ndak perlu dibingunin ma istilah. Yg penting kan lakukan perumusan cita2 utk kemudian ditulis dan dibayangin scr nyata di benak berulang kali :-)

    ReplyDelete
  10. gimana kalo ternyata kita gagal berulangkali menggapai cita?
    apakah mimpi yang terlalu muluk? ngga ukur kemampuan sendiri?

    ReplyDelete
  11. Hhm, Cita2 ya --- (pegang dahi "mikir dulu ah")--

    Yah, daripada guru bilang "gantungkan cita2 mu di tali jemuran baju", mendingan gantungkan cita2 mu diatas bintang....(bintang: terang,terukur, terpusat "*")
    Cita-cita = suatu harapan yang "ideal" bagi setiap orang, yg merupakan suatu target yg mesti di capai.
    Nah yg penting biar ga "lost in space"
    kita hrs tahu bagaimana jalannya kita dpt menggapai cita2 kita..?
    Untuk membidik target dg presisi diatas 90% (syukur2 100%--wealah jad orang kog yo murko temen hehehe :D--)
    1.liat kemampuan diri (internal)
    2.Buat suatu rencana untuk mencapai itu (basa bule-ne/kerennya "mapping" kan rencana..hehehe)
    3.Coba melangkah
    4. Gagal, coba lagi.... (lha balita aja jatuh bangun untuk bisa berlari..)
    5. kembali ke point 4. (hehehe)
    6. Gagal coba evaluasi cara2 kita ( hnya orang sembrono yg jatuh di lubang yg sama lebih 2 x)
    heheheh...
    Now the dream comes true... wakakakak.. :D :D :D :p

    ReplyDelete
  12. kulo nuwun..kulo nderek nggih bank Al
    kayaknya nasehat yang lebih tepat itu: gantungkan cita2mu setinggi langit, kalo susah nyampenya, dateng ke bulan dulu :D . jadi cita2nya di breakdown jadi tujuan2 jangka pendek yang lebih rasional dicapai. biar ga' tersesat nantinya :))

    ReplyDelete
  13. waaaa.....pendapat orang pasti ber beda2 yah? buat saya hidup ini pilihan, menikah ato ngga ..ya ga jadi soal...punya anak ato ngga ..ya hal yg wajar...hehehehe, punya cita2 setinggi langit ato setinggi pohon kelapa ya gpp....
    asal kita bertanggung jawab dengan hidup kita ini...:p

    ReplyDelete
  14. gw co yang bermimpi nikah muda
    yah gw lagi nyoba apa adanya...

    gw : gua mau nanya ke elo?..
    elo :apa?
    gw :lo pernah ktm tuhan?
    elo : blom
    gw :lo pernah megang tuhan?
    elo : blom
    gw : trus...knapa lo sholat?
    elo : ya...krn gw percaya kalo tuhan itu ada..
    gw : bener men krn lo percaya
    gw : sama kaya gw, gw percaya mimpi gw itu udah ada...
    gw percaya impian gw itu
    udah disediain Allah..
    gw : gw mengimani impian itu...

    s...sssttt..ssstt..............sssssstttttttt

    gw :gw tannya ma elo dulu waktu sma klas 1 elo mikir ga naik kls 2
    elo : ngga..
    gw :tapi lo tetep naik kls 2 n 3 kan?
    elo : iya...
    gw :elo tetep ulangan kan, elo masuk sekolah, elo ngerjain pr kan?
    pokoknya elo tetep sekolah kan?
    elo :iya..
    gw : kaya gt lah gw...gw jalanin semua rutinitas gw ngejar
    impian konsisten. kaya kita dulu sma kita cuma yakin aja pasti
    naik kelas, kita tetep ulangan, ngerjain pr, ulangan tapi tetep
    sekolah toh kita lulus juga...gw juga gt,gw yakin impian gw
    nyata,krn gw jalanin semua ini real n konsisten!

    salam kenal colonelseven

    ReplyDelete
  15. Kita wajib berusaha dan berdoa

    ReplyDelete
  16. keberuntungan merupakan sesuatu prediksi yang tak terduga bahkan kemungkinan terjadinya nol komaan dan kadang tidak datang sama sekali....keberuntungan terjadi itu manakala pas kebetulan memang harinya or tahunnya or jamnya or menitnya or detiknya...contoh hampir ketabrak mobil or motor itu ada keberuntungan dalam hitungan detik...keberuntungan dapat lotre, dia sendiri banyak impian ingin beli mobil ferari dll...tapi org tsb tidak tau bagaimana uang tsb menjadi uang yang lebih banyak lagi...kan percuma keberuntungan tsb..jadi itu bisa dinamakan keberuntungan berisfat hari or tahun aja...namun jika kita dapat mempertahankan keberuntungan tsb dengan mengembangkannya akan bersifat permanen.....terima kasih

    ReplyDelete
  17. Sering kali kita mengejar MIMPI

    Seolah - olah impian itu adalah TARGET

    Susah payah penuh pengorbanan mimpi DIKEJAR

    Setelah tercapai kita akan kembali BERMIMPI

    Hidup adalah untuk IBADAH

    Ibadah itu bukanlah BERMIMPI

    Karena ibadah adalah hidup HARI INI

    Memaksimalkan HARI INI dan DETIK INI

    Masa depan adalah MISTERI

    Masa lalu adalah HISTORI

    Mimpi hanya membatasi KEMAMPUAN

    MAKSIMALKAN HARI INI UNTUK MASA DEPAN YANG LEBIH BAIK

    bank al:
    Lah masa depan yg lebih baik itu khan juga sebuah mimpi toh.

    ReplyDelete
  18. Hari ini itu pembentuk masa depan,
    jadi mimpinya dimana?????

    bank al:
    Mimpi adalah harapan akan masa depan.
    Jika nggak punya harapan akan masa depan, maka apa yg diperbuat hari ini meaningless dong.


    kalau kita mengerjakan segala sesuatu dengan maksimal toooh kita akan mendapat feedbacknya kan malahan feedback itu selalu tak terduga...

    bank al:
    Tidak selalu demikian. Seringkali feedback itu sudah terduga dan bahkan direncanakan.

    tatkala kita ingin mobil malahan uang yang kita peroleh bisa beli pesawat, ysud mending kita beli pesawat laah...

    makanya jangan mimpi....

    emang kenyataan itu bisa sejalan dengan fikiran kita yang selalu enaknya aja....

    bank al:
    Kenyataan memang tidak selalu sejalan dengan pikiran kita. Namun tanpa mimpi atau harapan, masa depan akan makin tidak bisa diduga lagi. Jika dengan mimpi dan rencana saja masih bisa menemukan yg tak terduga, apalagi jika tanpa rencana?

    ReplyDelete
  19. pernah gak kita bermimpi untuk makan nanti malam?
    pernah gak kita bermimpi untuk mandi pada sore or pagi hari??
    pernah gak kita bermimpi untuk tidur malam?

    Orang bermimpi karena dia tidak sanggup mengerjakan apa yang menjadi mimpinya....

    Kita mengetahui feedback itu seperti apa?

    misalnya kita kerja maka kita akan dapat gaji...
    padahal feedback itu lebih dari hanya sekedar gaji
    misalnya kita dapat teman di kantor, kita mendapatkan ilmu pengetahuan baru, kita di traktir makan teman kantor...

    apakah hal2x itu pernah diimpikan dan pernah kita ketahui sebelumnya?

    Masa depan itu terbentuk bukan dari mimpi dan hayalan tapi dari pengkajian diri dan lingkungan....

    Masa depan itu tak pernah bisa terduga, siapa yang tahu nanti sore akan hujan, siapa yang tahu tar sore kita diberi uang....

    Kalau aku tahu kapan aku mati pasti aku akan ibadah terus or akan foya2x terus....

    tapi siapa yang tahu itu semua.....

    masa depan tetaplah sebuah misteri
    misteri kehidupan....

    trims y....

    bank al:
    Makasih atas komentar-nya. Anda betul, bahwa memang tidak semua orang berani punya mimpi dan cita2, salah satunya adalah karena orang tersebut takut kecewa cita2 atau mimpinya tak tercapai.
    Tulisan ini memang hanya untuk orang yg berani punya cita2 dan mimpi. Untuk orang yg takut punya mimpi, tulisan ini tak berguna.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kidal dan Otak

Ngadutrafik 2007 dan perilaku lapor-melapor

Nenda tidak salah dan Ngadutraffik tidak melanggar TOS