Nikmatnya berita-berita Negatif

Mas Rovick menyarankan agar kita tidak membaca koran dan berbagai bentuk berita lainnya di pagi hari. Saran ini adalah tips sukses karena menurut pengamatan pakar gempa ini mayoritas berita-berita yang ada itu selalu berisi berita-berita negatif.

Senang juga karena salah satu rahasia sukses beliau terbongkar. Namun di sisi lain aku bertanya-tanya, apa sih yg membuat pekerja media di Indonesia senang memberitakan hal-hal yang negatif ? Mengapa mereka tidak membuat berita-berita yang positif jika memang berita positif itu lebih baik dan bisa berguna bagi para pembacanya ?

Jika pertanyaan ini dilemparkan pada pihak penyedia berita, ada kemungkinan mereka akan menjawab bahwa mereka melakukan itu karena memang bentuk-bentuk berita seperti itulah yang disukai oleh para pemirsa dan mendapat rating tinggi. Entah betul atau tidak, namun pengamatanku sekilas sepertinya memang menyetujui pendapat ini.

Tentu saja pengamatanku tidak sepenuhnya akurat, lah wong aku bukan peneliti dan ini baru sampai tahap observasi dan belum sampai pada karya ilmiah kok. Namun untuk konsumsi blog kayak gini aja nggak harus pakai penelitian segala khan ? Jadi, akurat atau tidak akurat, silahkan dicerna dan disimpulkan sendiri deh. :D

Pengamatanku adalah seputar ketertarikan pengunjung memforward tulisan-tulisan lewat e-mail dan topik yang ramai dibicarakan di blog-blog. Salah satu contoh yg masih hangat adalah kasus Nadine. Aku menyaksikan begitu banyak orang yg menikmati bego'nya Nadine (calon Miss Universe dari Indonesia) dalam berbahasa Inggris. Anehnya walaupun orang yg membego-begokan Nadine itu juga belum tentu bahasa Inggrisnya lebih baik daripada Nadine, namun mereka begitu menikmati membego-begokan Nadine dan mengatakan Nadine itu brainless dan lain sebagainya. Topik itu menjadi hangat sampai berminggu-minggu, sampai akhirnya yg memenangkan Miss Universe adalah kontestan dari Puerto Rico, yg ternyata juga tidak bisa berbahasa Inggris.

Mengapa nikmat membego-bego-kan Nadine ? Menurut William Glasser dalam Choice Theory-nya. Hal ini dipicu oleh kebutuhan power yg tidak terpenuhi. Kebutuhan power itu adalah salah satu dari 5 kebutuhan dasar yg harus dipenuhi oleh manusia. Jika kebutuhan dasar itu tidak dipenuhi, maka seorang manusia akan menjadi error.

Kebutuhan power ini akan terpenuhi jika seorang manusia berprestasi dan unggul dari orang lain. Namun jika orang ini tidak punya prestasi apa-apa, maka membego-begokan orang lain juga bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan power. Karena dengan mengetahui ketololan orang lain, kita khan jadi merasa pintar. Iya ndak ?

Nah, itulah sebabnya mengapa berita-berita negatif itu nikmat bagi orang Indonesia pada umumnya. Mengapa ? Karena kita tak punya banyak prestasi yg bisa dibanggakan. Oleh karenanya, kita butuh orang-orang bego dan orang-orang lain yg memiliki kekurangan sehingga kita bisa merasa pintar dan hebat. Bener nggak ?

Mas Rovick memang ndak butuh berita negatif. Lah wong Mas Rovick punya banyak hal yg bisa dibanggakan. Iya ndak Mas ? Nah, bagaimana dengan teman2 yg lain ?

Comments

  1. Analisa yang bagus bang Al... mungkin memang karena bangsa kita gak punya "apa-apa", jadinya yah seperti itu.
    Btw... sekedar koreksi miss Miss Universe-nya dari Puerto Rico, bukan dari Portugal... :)

    reply: Setuju Ton. And makasih koreksinya. Kemarin memang aku ndak yakin Miss-nya dari mana. Namun karena sudah keburu2 pulang, maka aku tulis saja Portugal (?) dengan tambahan tanda tanya dengan harapan bakalan ada yg mengoreksi. :P

    ReplyDelete
  2. heheh... setiap orang memang butuh untuk merasa 'lebih' dari yang lain. meski itu berarti harus menggoblok-goblokkan orang lain yang belum tentu lebih goblok dari dia. termasuk kebutuhan untuk dihargai kah? :)

    reply: You've got the point Mbak Linda. Memang kebutuhan untuk dihargai ini adalah termasuk "kebutuhan power" menurut William Glasser

    ReplyDelete
  3. itulah perlunya orang bego.. untuk dinikmati... heheheheehe.. kidding.. pha kabar bang?

    reply: He he he... bener juga ya Vi :P ..... downward comparison ini memang sekali2 perlu juga. Asal yg digoblok2in ndak sakit hati aja.... :D

    ReplyDelete
  4. Masalah sebenarnya adalah karena orang Indo suka mem'bebek'. Kalau ada salah satu orang berkomentar negatif (terutama) pasti yang laen ikutan. Ada salah satu mbego-mbegoin, yang laen juga nggak mau ketinggalan...mungkin persoalannyapun gak gitu paham.
    Persiiis deh kaya bebek atawa angsa, kwek kwek kwek...ngaakk...ngakk.... :P

    reply: Hmm... good point mbak. Btw, ikut2an itu di tempatku disebut membeo lho, bukan membebek. Apa memang tabiat para burung itu suka ikut2an ya ?

    ReplyDelete
  5. wah padahal saya paling suka mengolok-olok orang yang masuk televisi :D, (maksudnya berita-berita negatif gitu) dan memang puas. dan menurut saya lebih baik dari pada kita maki-maki tetangga atau pasangan kita, hiya kan bang al. btw akhirnya pindah ke wordpress juga nih :P horeee

    ReplyDelete
  6. Anu Bank Al.
    Konon (jangan di balik lho ya..)

    Manusia dari sononya, hanya aware pada beberapa hal: Makanan, Esek-esek, Ancaman/Bahaya, dll

    Karenanya, berita yang laku hanya berita yang menyangkut beberapa hal tersebut. Berita baik? Nggak laku, kecuali isinya "Festifal Esek-esek dalam rangka memperingati HUT RI". Berita yang baik menurutku inipun bisa jadi berita "Ancaman?Bahaya" bagi temen-temen FPI. Dan ini bisa menarik perhatian. hehehehe

    "Bad news is a good news"

    ReplyDelete
  7. […] Mas Rovicky Dwi Putrohari adalah seorang sahabat yang aku kenal di milis UGM-Club dan berlanjut ke Kampung-UGM hampir dua puluh tahun yang lalu. Saat itu beliau masih menjabat sebagai seorang manajer di salah satu perusahaan minyak di Indonesia. Selain itu, beliau juga aktif di IAGI, kalau nggak salah pernah jadi ketuanya juga.   Mas Vick, demikian aku kadang memanggilnya, adalah seorang yang pintar namun rendah hati. Prestasi dan kecerdasannya tak membuat Mas Vick sombong dan tetap mau belajar dari siapa saja. “Kita bisa belajar dari siapa saja, termasuk dari yang lebih muda”, ujar Mas Rovicky pada saat itu yang sempat aku tuliskan juga di beberapa postingan di blog-ku (Alinazar, 2006)   Keberanian Mas Rovicky untuk mengambil peluang juga salah satu hal yang menginspirasi. Ketika orang-orang bertahan mati-matian untuk mendapatkan status karyawan permanen, Mas Rovicky malah melepaskan pekerjaan dengan status permanen untuk melanjutkan perjalanan barunya menjadi seorang konsultan di luar negeri (Malaysia dan Brunei). Kepercayan-diri yang dimiliki Mas Rovicky ini juga kelak yang membuatku lebih berani mengambil resiko yang pada akhirnya mengantarkanku pada perjalanan hidupku selanjutnya. (Alinazar, 2006)   Dalam berbagai situasi, Mas Rovicky selalu menjaga pikiran positif. Beliau pernah menyarankan agar tidak membaca berita di pagi hari. Mengapa? Karena berita itu biasanya berisi konten negatif yang bisa merusak mood dan produktifitas kita sepanjang hari. Jika nasehat ini diadaptasi untuk situasi sekarang, maka kita sebaiknya tidak membuka facebook di pagi hari, apalagi saat-saat menjelang pemilu seperti sekarang ini. (Alinazar, 2006)   Tahun 2004, aku sempat mampir ke apartemen Mas Rovicky di Kuala Lumpur. Tidak hanya itu saja, bahkan beberapa minggu kemudian aku mampir lagi bersama Dinda saat kami masih jadi pengantin baru. Kami diajak jalan-jalan dan ditraktir oleh Mas Rovicky sampai ke Genting Island segala.   Kenanganku bersama Mas Rovicky tak terhitung banyaknya. Beliau adalah kakak, sahabat dan mentor yang menginspirasi bagiku.   Saat Mas Nukman meninggal bulan Januari lalu, aku sebenarnya sudah berniat dalam hati untuk bertemu dengan Mas Rovicky saat liburan nanti. Sayang takdir berkata lain, pagi ini Mas Rovicky telah pergi meninggalkan kita.   Selamat jalan Mas Rovicky, Sang Pak Dhe Dongeng Geologi. Semoga Husnul Khatimah.   Dubai, 4 Mar 2019,   -bank al-   Rujukan:   (1) Alinazar, Alfred. 2007. “Goal Setting yang Efektif”. Available [online] at https://aalinazar.wordpress.com/2007/10/15/goal-setting-yang-efektif/ (2) Alinazar, Alfred. 2007. “Sang Mentor”. Available [online] at https://aalinazar.wordpress.com/2008/07/13/sang-mentor/ (3) Alinazar, Alfred. 2006. “Permanen atau Kontrak”. Available [online] at https://aalinazar.wordpress.com/2006/07/18/permanen-atau-kontrak/ (4) Alinazar, Alfred. 2006. “Nikmatnya berita negatif”. Available [online] at https://aalinazar.wordpress.com/2006/08/11/nikmatnya-berita-berita-negatif/ […]

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Jurus Mencari Jodoh

Tertipu Hitungan Kartu Belanja Carrefour

Ngadutrafik 2007 dan perilaku lapor-melapor