Selamat tinggal Bus Way

Karena begitu banyak orang yg menyarankan aku untuk mencoba Bus Way setelah pernyataanku bahwa Bus Way bukan solusi yg efektif untuk pengguna kendaraan pribadi, akhirnya aku penasaran juga ingin mencoba Bus Way beberapa saat dan melihat apakah memang Bus Way sudah layak untuk menjadi solusi alternatif bagi penguna kendaraan pribadi.

Walaupun tentu saja aku tak bisa full-way menggunakan Bus Way karena tempat tinggalku di Jakarta Coret, maka aku tetap menggunakan kendaraan pribadi dari rumah ke terminal bus way di ragunan, meninggalkan mobil di sana, naik bus way rute dukuh atas sebelum kemudian menyambung rute ke tujuan kota.

Banyak pengalaman baru yg kunikmati selama naik bus way selama 2 bulan lebih. Beberapa di antaranya adalah berdesak-desakan menunggu bis di halte Dukuh Atas sambil mandi sauna karena halte-nya tidak dilengkapi dengan AC yg memadai (atau bahkan tanpa AC?), berdiri selama 1 jam lebih di Bus Way karena bis selalu penuh sesak dengan penumpang, dan yg paling asyik lagi adalah melihat kendaraan pribadi di sebelah kiri yg seringkali lebih lancar daripada Bus Way karena Bus Way hanya memiliki satu jalur dan jalurnya juga digunakan oleh pengguna kendaraan pribadi seperti yang telah diijinkan oleh Gubernur DKI yg baru Pak Fauzi tak Berwibawa, eh maksudnya Fauzi Wibowo.

Walhasil, aku membutuhkan waktu tempuh yg lebih lama dibandingkan dengan menggunakan mobil sendiri, harus berdiri selama 1 jam atau lebih sewaktu menunggu bis atau bahkan di dalam bis, harus siap membawa handuk karena halte juga dilengkapi dengan fasilitas sauna, serta mendapatkan pelajaran anger management ketika melihat kendaraan pribadi ternyata lebih lancar daripada bus way. Benar-benar pengalaman yang sangat berharga yg tidak didapat ketika menggunakan kendaraan sendiri ke tempat kerja.

Akhirnya, setelah puas menggunakan Bus Way, aku kembali lagi menggunakan kendaraan pribadi. Biarlah mantan pengguna-pengguna metro mini dan kopaja saja yg menggunakan bus way ini. Mungkin aku akan kembali lagi mencoba Bus Way jika nanti Fauzi tak Berwibawa sudah mulai berwibawa lagi dengan hanya mengizinkan bus way saja yg boleh melewati jalur bus way dan kendaraan pribadi tidak boleh melewatinya dengan alasan apapun. Selamat tinggal Bus Way.

Comments

  1. Yang paling mengecoh itu adalah namanya (BUS-WAY), mustinya diganti saja menjadi TRANSJAKARTA-WAY

    Ada busway malah bikin bus-bus lainnya terjebak di kemacetan yang jauh lebih parah. Waduh ...

    ReplyDelete
  2. Bank al, thanks ya udah mo baca blogku.

    ReplyDelete
  3. ati2 boz, kalo udah naek kendaraan pribadi lagi malah busway yang jalannya lancar dan jalan reguler jadi macet dech
    @sufehmi: ini pasti niru kata-katanya Kepala MURI (saya lupa namanya) yang dikompas itu, iya kan?

    ReplyDelete
  4. hahaha...
    lagi ngerti yo kang, nek jalanan busway saiki di enggo motor dan mobil peribadi atas perintah bapak yang terhormat pauzi bowo???

    sing jelas, kebijakan iku , sing ngolehi dalan baswe dipakek motor karo mobil jelas ra adil, soale wong sing numpak baswe wes mbayar larang kanggo nganggo dalan baswe iku

    jian ra adil blass, tapi piye meneh, lha wes keputusane pemimpin batavia kie

    ReplyDelete
  5. @Hair: Selama kendaraan pribadi masih boleh masuk bus way, maka bus way ndak akan lebih lancar dari kendaraan pribadi. Lah wong cuma satu jalur sementara jalur kendaraan pribadi 3 jalur kok. Dan nyatanya memang lebih lancar pake mobil sendiri tuh.

    @Sufehmi: Bisa jadi Bus Way itu dibuat memang untuk membunuh bus-bus lainnya. Nyatanya sekarang sebagian besar penumpang metromini, kopaja dan mayasari sudah pindah ke Bus Way.

    ReplyDelete
  6. @mbah atmo: bukan cuma nggak adil, tapi Fauzi tak Berwibawa itu juga nggak konsisten. Jarene Bus Way, ning kok motor barang enthuk mlebu.

    ReplyDelete
  7. yang saya baca, kereta api dalam kota di jepang juga berdesakan seperti itu kok pak. api mereka gak ada yang komplain tuh.. seneng2 aja naik transportasi massal...

    ReplyDelete
  8. @fujimori: Anda mungkin belum pernah ke jepang atau belum pernah mencoba bus way. Jika anda mau fair, anda akan bisa menemukan bedanya naik bus way dan naik kereta di LN.

    Saya juga naik MRT di perancis, singapore dan malaysia. Nggak sama dengan Bus Way. Di dalam kereta memang berdiri, tapi di halte nggak harus menunggu dalam waktu lama dan juga tidak berdesak2an (apalagi sampai berkeringat) di halte.

    Selain itu, kereta lebih cepat dari angkutan pribadi. Ndak sama dengan Bus Way yg justru lebih lambat dari kendaraan pribadi.

    ReplyDelete
  9. Transportasi massal, desak-desakan di dalam bus emang hal yang wajar. Cuma mungkin orang-orang lebih prefer naik Bus-Way karena ada AC,nya. Setidaknya biar desek2an tetep adem. Lain kalo di Metro Mini... udah panas, bau keringet, yang ada malah bikin senewen.

    Mungkin mereka bosen dengan kelakuan kenek dan sopir bus umum yang suka seenaknya, dan suka 'ngoper'. Heheh..

    ReplyDelete
  10. Susah ya bang Al, sebenarnya ngebenahin transportasi kagak cukup ama regulasi ama peningkatan kualitas pelayanan sarana transportasi publik seperti ide bikin Bus Way, atau Moda tranportasi laennya.

    Yang kagak kalah penting, yaitu bagemana ngebangun kesadaran kolektif masyarakat pengguna jasa transportasi, ama pengguna tranportasi pribadi, tentang disiplin berlalu lintas. Taat ame itu aturan yang dibuat. Ini kaya-na basi, tapi menurut ane, salahsatu simpul kesemrawutan transportasi di Jakarta ama kota-kota besar laennya di Endonesa, adalah rendahnya kesadaran berlalu-lintas.

    Ane kagak salahin Foke sepenuhnya, karena kita pada nanam saham dosa dalam masalah ini...

    ReplyDelete
  11. @Ladyperona: Iya, makanya mantan pengguna Metro Mini tentunya senang naik Bus Way, karena fasilitas lebih baik daripada sebelumnya. Tapi belum untuk pengguna pribadi

    @Cabe Rawit: Dalam hal Bus Way, menurutku Foke salah. Dia tidak konsisten dengan program-nya. Andaikan Bus Way hanya boleh dilalui Bus Way, maka Bus Way masih punya nilai tambah, dan sebagian pengguna kendaraan pribadi akan pindah ke situ (termasuk saya). Perubahan aturan ini membuat Bus Way tidak punya nilai tambah. Padahal dulu jaman Sutiyoso kendaraan pribadi ndak boleh tuh masuk jalur Bus Way.

    Idealnya memang kesadaran itu datang dari dalam pribadi orang. Tapi kalau ndak mau sadar, kenapa nggak dipaksa supaya patuh? Itulah gunanya pemerintah, mengatur apa yg tidak bisa atau sulit diatur.

    ReplyDelete
  12. Bang Al, ane beribu minta maaf. Ane kagak tau kalo Foke ternyata ngasih kelonggaran ame aturan yang pernah dibikin ama Bang Yos. Foke bener kagak konsisten kalo begitu, mustinya jalur Bus Way itu spesial. Ah, udah 2 minus tuh Foke. Yang satu lagi, penanganan banjir. Ane kagak nyoal kanal banjir timur yang belon kelar. Yang ane persoalin, Foke kagak tanggap ame rakyat yang kerendem dan butuh bantuan. Malah lebih ngeduluin ribut nengokin soal billboard SBY ame istrinya yang runtuh....

    ReplyDelete
  13. dan sekarang di jogja pun muncul trans jogya yang penuh kontroversi, indonesia... kapan ya belajar dari kesalahan?
    salam kenal :)

    ReplyDelete
  14. busway ooh busway...

    tapi bagi orang daerah seperti saya, naek busway teuteubs merupakan kenikmatan, secara bisa hemat ongkos taxi (utk jalur2 tertentu) :D

    ReplyDelete
  15. ya benar Jogja juga muncul alat tranportasi baru yang siap memacetkan Kota Jogja, yang merupakan sumber polusi dan ajang balapan Liar Supir Bus yang ugal-ugalan

    ReplyDelete
  16. kalo gitu mesti coba busway jogja (namanya TransJogja).

    macet sih jelas gak. berjubel juga enggak, lha wong jogja banyak pake motor. nah trus buat apa ada busway???

    hehehe...

    ReplyDelete
  17. fine. saya BELUM pernah naik kereta di luar negeri itu.. di jepang, dan di negeri bla-bla-bla yang SUDAH pernah anda kunjungi.. tapi saya denger ceritanya dari tante saya yang kuliah di jepang dan sering bepergian ke luar negeri..
    hm.. sebaiknya syukuri dulu apa yang sudah ada di negeri kita sekarang.. syukuri dan manfaatkan..
    jika bukan rakyat, siapa lagi yang mendukung program pemerintah..??? saya lihat semua orang sudah skeptis pada negeri ini..
    -no offense-

    ReplyDelete
  18. @Cabe Rawit: yah begitulah Mas Cabe. Saya bingung melihat bagaimana Foke mengatur Jakata. Dia malah sibuk mengurusi apa yg tidak penting.

    @Rezco: wah aku belum pernah nyoba Bus Way di Yogya. Apa iya ada yg mau naik Bus Way di Yogya ? Eh, Transjakarta di Yogya itu punya jalur khusus seperti Bus Way juga atau ndak ya?

    @Fujimori: Dukung program pemerintah yg tidak konsisten? Sorry bung, bukan pemerintah seperti itu yg patut didukung. Kita rakyat butuh pemerintah yg punya visi dan konsisten. Bukan pemerintah yg plin-plan dan nggak punya arah.
    Selain itu, Indonesia ini adalah negara demokrasi. Rakyat bebas memilih transportasi apapun yg cocok baginya. Jika pemerintah tidak mampu membuat transportasi masal yg memiliki advantage atau memaksa rakyat untuk pindah dengan regulasi yang jelas dan konsisten, maka jangan harapkan dukungan rakyat atas program tersebut.

    ReplyDelete
  19. Ass...aha...emang gitulah kebijakan pak gub, slalu merugikan rakyat.......oiya salam kenal bang al dari bang al juga. (nama yg sama)..ehe....

    ReplyDelete
  20. Tapi, untuk orang seperti saya yang suka naek kereta ekonomi dan metromini...berasa banget sih. Haha, beda standar kali ya? :p

    bank al:
    Setuju. Bagi mantan penumpang metro mini dan kopaja, Bus Way itu adalah transportasi yg ideal. Jumlah penumpang masih dibatasi (tidak seperti metromini yg kapasitasnya unlimited), AC-nya dingin, dan tidak pakai ngetem.
    Yg aku sayangkan adalah ketidakkonsistenan Foke sehingga membuat transportasi ini jadi no advantage bagi pengguna kendaraan pribadi.

    ReplyDelete
  21. Biarlah mantan pengguna-pengguna metro mini dan kopaja saja yg menggunakan bus way ini


    Walah, saya tersindir. :(

    bank al:
    Lho kok tersindir toh Mas? Menurut dugaan saya tujuan terselubung proyek bus way itu memang menyingkirkan angkutan2 kota yg tidak tertib itu seperti metromini, kopaja dan lain-lain itu dan diganti dengan transportasi yg manusiawi. (ini sudah pernah saya tulis juga di entry yg lain)
    Bisa jadi target utama proyek ini sebetulnya itu.

    Penguna kendaraan pribadi tampaknya masih belum jadi target utama. Terbukti dari kebijakan Foke yg malah membuat pengguna2 kendaraan pribadi tambah tidak tertarik. Mungkin 2014 kali baru dijadikan target. Entahlah.

    ReplyDelete
  22. Bah! gimana Indonesia mau maju kalo rakyatnya sendiri tidak menghargai 'pekerjaan' pemerintahnya.
    saya pribadi mendukung program pemerintah untuk menggalakkan transportasi massal. krn menurut saya program itu bisa menganggulangi berbagai permasalahan di negeri ini. antara lain :
    1. permasalahan polusi dan pencemaran lingkungan. gas buang produk dari pembakaran kendaraan akan berkurang.
    2. masalah sedikitnya dana untuk pengembangan pendidikan. DUIT buat subsidi BBM (karena orang-orang sudah pake trasnportasi massal) itu bisa dipake buat membangun sekolah.
    3. dan lain-lain..
    setidak-tidaknya kita berterima kasih sama pemerintah sekarang karena TIDAK SAMPAI MENJUAL negeri yang sudah pailit ini.

    ReplyDelete
  23. Bus way, berbicara tentang kendaraan yang menggunakan logo elang bondol mengangkat salak pondoh ini, eh salak condet itu seingat saya memang bukan untuk mengatasi kemacetan, tetapi salah satu bagian kecil dari usaha pemprov DKI Jakarta untuk memecahkan persoalan kemacetan.
    beberapa program Pemprov DKI Jakarta adalah membangun, sub way, water way, dan mono rail. jika program itu bisa berjalan tentunya Jakarta bisa mengatasi kemacetan itu.
    namun yang menjadi persoalan menurut saya, pemprov DKI tidak serius untuk mensukseskan programnya sendiri. lihat saja water way yang sudah sempat beroperasi, ternyata akhirnya ditarik ke ancol untuk dipergunakan ke pulau seribu.
    setiap pembangunan perlu bayar harga, pemprov seharusnya konsisten dengan apa yang sudah dilakukan. jika memang evaluasi yang menjadi alasan, tentunya pembenahan dalam pelayanan water way yang dilakukan.
    kedua yang menjadi pertanyaan, kenapa monorel tidak bisa diselesaikan? kenapa proyek itu menjadi rebutan pusat dan DKI Jakarta ?
    masalah sub way, kapan pemprov bisa merealisasikannya?

    bank al:
    Setuju, pemerintah memang tampak tidak serius dan plin-plan dalam menjalankan programnya.

    ReplyDelete
  24. yang saya baca, kereta api dalam kota di jepang juga berdesakan seperti itu kok pak. api mereka gak ada yang komplain tuh..

    Waduh.... MRT / Subway dengan Busway itu mah beda JAUH ! :D

    Bagaikan langit dan bumi atuh, he he he

    Misalnya saja; presisi frekuensi Busway itu bisa meleset sampai 60 menit.

    MRT / Subway itu akurasi dalam batas sekitar 1-2 menit. Maksudnya -- nyaris tidak mungkin MRT / Subway itu telat lebih dari 2 menit dari jadwalnya :D

    Selain itu, kondisi MRT / Subway itu adem. Jadi walaupun padat, kita tidak kegerahan.
    Busway ? Pada saat jam2 padat, AC di busway sering tidak mampu untuk berfungsi sebagai mustinya.

    Alhasil, padat, gerah, panas, basah oleh keringat.
    Sangat tidak nyaman.

    Dan jangan bicara soal kecepatan - MRT / Subway mampu meng cover daerah yang lebih jauh daripada Busway dalam waktu yang sama :)

    MRT = Mass RAPID Transport system, he he

    Ini bukan soal skeptis atau tidak bersyukur; tapi, sudah SEBAL melihat berbagai pejabat negeri ini sibuk dengan "solusi" yang bukan solusi -- malah MENAMBAH masalah.

    Kota sebesar Jakarta sudah sejak LAMA membutuhkan solusi transportasi sekelas MRT.
    Tapi apa yang kita dapatkan? Solusi akal-akalan, seperti Busway, 3-in-1, dst, dst. Sekedar untuk membungkam kritik saja. Sedangkan dalam pelaksanaannya justru menimbulkan berbagai masalah baru....

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kidal dan Otak

Ngadutrafik 2007 dan perilaku lapor-melapor

Nenda tidak salah dan Ngadutraffik tidak melanggar TOS