Keberuntungan wong jowo bukanlah keberuntungan
Salah satu warisan budaya Jawa adalah kebiasaannya yang selalu bersyukur atas segala yang didapatkannya, bahkan termasuk musibah yang menimpanya. Berikut adalah keberuntungan yg sering didefinisikan sebagai keberuntungan versi wong jowo, yg selalu bilang untung walaupun ditimpa kesialan.
Apakah peristiwa-peristiwa di atas adalah keberuntungan? Jika yang digunakan adalah definisi keberuntungan yg telah saya tulis sebelumnya, maka event-event di atas itu bukanlah sebuah keberuntungan. Karena sesuatu itu disebut keberuntungan hanya jika ada sebuah harapan yang terpenuhi dari peristiwa tersebut. (lihat di sini untuk lebih detail)
Contoh saja, seseorang yg ketabrak bajay. Bagian mana yg merupakan harapan? Saya tidak melihat adanya seseorang yg mendapatkan harapan dengan proses yg tidak terencana dalam peristiwa ini. Yg ada hanyalah orang yg mendapatkan sesuatu yang tidak diharapkan, sehingga lebih cocok disebut kesialan.
Demikian juga dengan peristiwa rumahnya kena gempa, suaminya ketangkep hansip, atau tasnya dijambret. Semua ini tidak masuk dalam definisi keberuntungan yg saya tuliskan sebelumnya. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, peristiwa ini tidak disebut "luck". Ini lebih cocok disebut "downward comparison", atau membandingkan musibah dengan kejadian yg lebih buruk.
Di samping itu, yg namanya keberuntungan itu bukan lawan makna dari kesialan. Lawan makna keberuntungan adalah tidak beruntung. Sedangkan lawan makna sial adalah tidak sial.
Orang yg tidak beruntung belum tentu sial. Sebaliknya orang yg tidak sial belum tentu juga beruntung.
Ketika seseorang selamat dari ambruknya sebuah tembok karena kebetulan dia tidak lewat di samping tembok yang akan ambruk tersebut, maka menurut saya dia hanya tidak sial. Walaupun dia tidak sial, dia juga tidak beruntung, karena tidak ada harapannya yg terpenuhi karena kejadian tersebut.
Kesimpulannya, keberuntungan wong jowo itu bukanlah keberuntungan.Keberuntungan wong jowo itu hanyalah tidak sial, atau tidak lebih sial (downward comparison).
Tulisan terkait:
Waktu ia ketabrak bajaj, ia akan bilang, untung bukan mikrolet.
Waktu rumahnya kena gempa, ia bilang, untung bukan kemblegan meteor.
Waktu suaminya ketangkep hansip karena saru dengan wanita lain, ia
bilang untung bukan kelon dengan bencong.
Pas tasnya dijambret ia bilang, untung bukan kalungnya.
Apakah peristiwa-peristiwa di atas adalah keberuntungan? Jika yang digunakan adalah definisi keberuntungan yg telah saya tulis sebelumnya, maka event-event di atas itu bukanlah sebuah keberuntungan. Karena sesuatu itu disebut keberuntungan hanya jika ada sebuah harapan yang terpenuhi dari peristiwa tersebut. (lihat di sini untuk lebih detail)
Contoh saja, seseorang yg ketabrak bajay. Bagian mana yg merupakan harapan? Saya tidak melihat adanya seseorang yg mendapatkan harapan dengan proses yg tidak terencana dalam peristiwa ini. Yg ada hanyalah orang yg mendapatkan sesuatu yang tidak diharapkan, sehingga lebih cocok disebut kesialan.
Demikian juga dengan peristiwa rumahnya kena gempa, suaminya ketangkep hansip, atau tasnya dijambret. Semua ini tidak masuk dalam definisi keberuntungan yg saya tuliskan sebelumnya. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, peristiwa ini tidak disebut "luck". Ini lebih cocok disebut "downward comparison", atau membandingkan musibah dengan kejadian yg lebih buruk.
Di samping itu, yg namanya keberuntungan itu bukan lawan makna dari kesialan. Lawan makna keberuntungan adalah tidak beruntung. Sedangkan lawan makna sial adalah tidak sial.
Orang yg tidak beruntung belum tentu sial. Sebaliknya orang yg tidak sial belum tentu juga beruntung.
Ketika seseorang selamat dari ambruknya sebuah tembok karena kebetulan dia tidak lewat di samping tembok yang akan ambruk tersebut, maka menurut saya dia hanya tidak sial. Walaupun dia tidak sial, dia juga tidak beruntung, karena tidak ada harapannya yg terpenuhi karena kejadian tersebut.
Kesimpulannya, keberuntungan wong jowo itu bukanlah keberuntungan.Keberuntungan wong jowo itu hanyalah tidak sial, atau tidak lebih sial (downward comparison).
Tulisan terkait:
Untung aku tidak....
ReplyDeleteHehehe...orang Jawa, selalu menyatakan syukur walaupun ada musibah...maksudnya adalah bahwa cobaan tadi masih bisa diatasi dan semakin dekat pada Tuhan.
@bu edratna: sikap orang jawa ini disebut downward comparison, yg artinya membandingkan dengan yg lebih rendah (lebih sial, lebih miskin, etc). Sikap ini bagus, untuk mengurangi stress karena musibah.
ReplyDeleteWalaupun demikian, ini tidak saya masukkan dalam kategori keberuntungan. Karena jika dimasukkan, bisa mengacaukan tulisan saya tentang keberuntungan ini
saya, orang jawa, jarang bicara seperti itu,,
ReplyDeletekalau kena musibah, tidak melibatkan keberuntungan seperti itu, musibah ya musibah, pasti kena.
@atmo4th: bagus kalau begitu. Dengan demikian topik keberuntungan ini bisa dikupas lebih terarah.
ReplyDeletekok mendeskriditkan orang jawa sih, emang cuma orang jawa yang bilang gituan, ga yakin deh..........bukannya ga terima sebagai orang jawa, tapi cuma klarifikasi saya sebagai orang jawa ga merasa gitu....jadi mohon diluruskan..........
ReplyDeletedidunia ini tidak ada sebuah keberuntungan, karena semua telah diatur oleh Allah jalannnya...
@Rommy: Sebetulnya yg saya tulis itu umum dipahami orang. Jika anda tidak setuju bahwa event kesialan tersebut adalah keberuntungan, maka justru bagus. Perkara apakah itu wong jowo atau wong ndeso, atau wong ngendhi wae. Itu tidak penting.
ReplyDeleteAnyway, jika anda sudah percaya bahwa di dunia ini tidak ada keberuntungan, maka tulisan saya tentang keberuntungan (selanjutnya) tidak akan menarik untuk anda.
Menurut saya (kebetulan saya juga orang jawa), hal seperti di atas adalah upaya untuk selalu berbesar hati, tidak merasa nelangsa jika tertimpa suatu musibah. ya kemungkinan itu merupakan wujud rasa syukur karena masih di beri keselamatan.
ReplyDelete@teksuno: setuju. Itu adalah upaya berbesar hati dan bersyukur, dengan cara downward comparison (membandingkan dengan yg musibahnya lebih berat).
ReplyDeleteSeperti kutulis di atas, Ini adalah sesuatu yg baik.
Jadi peristiwa musibah itu tidak disebut keberuntungan.
ngomong-ngomong masalah untung... untung gw masih idup dan bisa bloging dan berkomentar pas kecelakaan kemaren.....
ReplyDeleteKalau setelah 'musibah' ternyata kemudian dapat 'hadiah' masuknya ke mana tuh?
ReplyDeleteuntung saya baca poting posting ini...
ReplyDeletekalau tidak, gmn bisa ngomen disini. :)
sepakat. sayang orang banyak salah persepsi soal seperti ini. salam kenal.
ReplyDeleteuntung dan keberuntungan .... wong jowo ..
ReplyDeletetanda dari sebuah "keikhlasan " serta " ketulusan "
dari hamba akan segala cobaan dari sang khalik ...
pada tataran yang lain mungkin adalah sebuah "peringatan" atau jeweran dari gusti Allah bahwa manusia itu sak dlemo nglakoni ( sekedar menjalani ) jangan sok dalam segala hal karena ada yg paling Kuasa diatas yang berkuasa :)
lak yo begetu mas alpret ... :)
semua musibah tergantung bagaimana kita mensikappinnya. contoh wonng jowo tadi, dengan sikap yanng selalu menerima dengan ikhlaas (nriman) jadi semua yang menimpa wonng jowo jadi hal yanng biasa dan bukan beban yanng menyusahkan dirinya. Leres tho ???????????????
ReplyDeletesalam kenal dari ku!
"Walaupun demikian, ini tidak saya masukkan dalam kategori keberuntungan. Karena jika dimasukkan, bisa mengacaukan tulisan saya tentang keberuntungan ini"
ReplyDeleteIntinya, sampeyan tidak mengakui sbg keberuntungan karena TAKUT akan tidak konsisten :)
apapun yang terjadi, saya tetep bangga sebagai orang jawa,
ReplyDeletematurnuwun...
mungkin falsafahnya bisa lebih menghargai hidup
ReplyDeletemisal ketabrak mati.. ada aja yg bilang untung langsung mati.. klo koma selamanya?? malah kasian :o
hehehe, tertarik untuk ikutan comment
ReplyDeletekalo lebih dalam lagi mengenal budaya jawa, maknanya dalem banget...apa makna gapura di depan gerbang pernikahan? tersusun dari padi, pisang, janur kuning, tebu hitam...ada maknanya yg dalem, kebetulan dulu pernah pelajari hal-hal tersebut, misalnya padi yang sudah menguning di tempel di situ, buat mengingatkan orang yg dateng...ni contohlah padi, semakin berisi, tua tapi semakin merunduk dll...
nah untuk case ini, ada basic yang ternyata ada sejarahnya, berawal dari sahabat2 Nabi yang datang ke tanah jawa, mereka menagih janji Tuhan, bahwa kebangkitan dunia yang aman dan damai akan datang dari Timur .
Seorang Syeikh membuat sajak :
Engkau telah mengenal dirimu, siapa kamu
Melalui ujian ini
Engkau mengata orang!
Kalau engkau tersedar dengan ujian
Engkau tidak mengata orang lain
Kalau engkau sedar engkau orang baik
Menunjukkan engkau belum baik
Orang baik tidak merasa dirinya baik
Kita rasa kita sudah sedar selepas ujian
Mengapa menuding jari kepada orang lain?
Menunjukkan kita belum lagi sedar
Bila menghina orang lain selepas ujian
Kita bersifat derhaka waktu teruji
Di mana kebaikan kita?
Orang yang baik bila diuji teringat dosa, teringat kesalahan sendiri
Kita lain pula, kita teringat dosa orang lain bukan dosa kita
Suluhlah diri kita dengan Al Quran dan Sunnah
Jangan suluh dengan akal
Selepas Asar
27.11.97
Ujian Pada Seseorang Tidak Sama Maksud
Ujian yang ditimpakan pada seseorang maksudnya tidak sama
Adakalanya ujian yang Allah timpakan itu kerana kutukan-Nya
Kerana sudah terlalu derhaka
Adakalanya dengan tujuan penghapusan dosanya
Kerana sudah cuba mujahadah, terlibat juga
Adakalanya dengan maksud hendak meningkatkan darjat seseorang
Kerana taqwanya dan imannya yang begitu teguh
Tidak kurang juga dengan ujian itu untuk menyedarkan
Untuk memberi petunjuk dan hidayah kepadanya
Jika ujian itu ditimpa kepada kita
Kita tidak tahu maksud yang mana satu
Oleh itu sebagai beradab dengan Tuhan
Kerana kita adalah hamba-Nya
Kita kaitkanlah ujian itu dengan sebab dosa kita
Atau kerana kemurkaan-Nya
Agar kita sentiasa bertaubat kepada-Nya
Inilah jalan selamat buat kita
heheheh...
Itu adalah "cara" dari orang jawa (kita) agar tetap "sumeleh lan sumringah" meskipun barusan terkena musibah. Karna dgn "sumeleh lan sumringah" maka orang jawa (kita) dapat selalu berpikir "waras" shg sebarat apapun musibah yg menimpa, orang jawa (kita) tidak akan trus "Nglemprek kaya manungso gak duwe doyo" dan bisa me-recovery diri dgn cepat. Mungkin itu yg bisa bikin orang jawa (kita) panjang umur.
ReplyDelete* Ah...ngomongin "untung" jadi ingat "Gepeng".......Untung ada saya......(mode: cengengas-cengenges plus muter-muterin serbet....ON)*
mungkin bisa dikatakan kalau orang jawa selalu bersyukur yah? hal ini dirasakan banget pas gempa jogja kemarin
ReplyDeleteMengapa terlalu terpaku pada sebuah definisi ? Kenapa tak terbuka menerima esensi ? Jika definsi digunakan sebagai referensi asumsi, maka segalanya hanya masalah sudut pandang/kerangka acuan dan skala. Penyikapan yang 'bener tur pener' atas hidup, jauh lebih penting dari hidup itu sendiri. Karena hidup itu berbatas, sedangkan kebaikan itu tidak.
ReplyDeletebank al:
Anda benar. Tujuan saya mematok definisi adalah agar diskusi jelas dan terarah. Tanpa definisi yg jelas, diskusi akan melebar kemana-mana dan tidak terkendali sehingga tulisan saya tentang keberuntungan ini jadi meaningless.
mau jadi MANUSIA BERUNTUNG ada 2:
ReplyDelete1. jadilah orang biasa-biasa saja. (jadi diri sendiri, sederhana).
2. lakukan pengorbanan (sedekah, menolong org apes, org miskin, org sedih, hewan kelaparan, dsb.)
atas: sedekah
tengah: keberuntungan
bawah: sederhana
kalau sudah bisa hidup begitu maka faktor yang paling sering kita alami adalah yang ditengah yaitu keberuntungan. meskipun nanti ada saat-saat naik dan turun yaitu sedekah dan kecukupan.
wong pinter kalah karo wong bejo..... hayo piye?
ReplyDelete