Menulis, kenapa harus sering dilatih?

Sudah cukup lama aku tidak menulis yang agak panjang, baik dalam media blog ataupun dikirim ke milis. Beberapa saat yang lalu, aku ingin lagi mencoba menulis agak panjang dan sedikit serius. Namun setelah tulisan tersebut jadi, barulah aku mulai menyadari bahwa kemampuan menulisku turun drastis. Selain waktu yang dibutuhkan sangat lama untuk menelurkan sebuah tulisan, hasil dari tulisan tersebut juga tidak bermutu dan kurang enak untuk dibaca.

Kenyataan di atas membuatku merenung cukup lama dan berpikir bahwa degradasi kemampuan ini terjadi karena kemampuan ini sudah terlalu lama tidak diasah. Tidak disangka bahwa pemikiran itu juga terpikirkan oleh orang top yang rajin menulis seperti Pak Budi yang tertuang di sini. Sebelum munculnya tulisan ini, aku pikir Pak Budi ini rajin menulis karena memang beliau pernah mengaku bahwa menulis blog memang lebih mudah baginya dibandingkan dengan membalas e-mail. Rupanya selain itu ada juga alasan lain yaitu untuk melatih kemampuan.

Aku sendiri merasakan lebih mudah rasanya membalas e-mail ataupun chatting lewat messenger ataupun blog singkat seperti kronologger. Entah mengapa, menjawab pertanyaan itu lebih mudah bagiku dibandingkan memulai sebuah topik. Apalagi jika topik itu cukup panjang sehingga aku seperti orang yg lagi ngomong sendiri di depan cermin. Buat saya, blogging ini mirip seperti ngomong sendiri. Bisa jadi karena aku memang tidak selalu menjawab pertanyaan itu dengan jawaban-jawaban yang bermutu, sehingga tidak perlu berpikir panjang lebar seperti hal-nya Pak Budi.

Balik lagi ke topik, mengapa menulis harus sering dilatih ? Padahal naik sepeda tidak harus selalu dilatih. Saya bahkan tidak ingat kapan terakhir kali saya naik sepeda karena rentang waktunya sudah puluhan tahun. Namun jika saat ini saya disodori sepeda, saya kok rasanya cukup yakin bahwa saya masih mampu naik sepeda dengan skill yang tidak berkurang. Mengapa menulis tidak bisa demikian? Apakah karena aku memang belum cukup lama menulis sehingga kemampuan itu masih belum melekat di otak bawah sadar seperti bagaimana aku naik sepeda? Ataukah ada alasan lain ya? Ada yang bisa bantu menjawab?

Comments

  1. Lebih sulit lagi kalau misalkan bikin tulisan-tulisan yang serius, saya pernah tuh bikin tulisan yang menghabiskan waktu seminggu. Tapi, emang setelah baca lagi, nggak nyangka bisa nulis kayak gitu :))

    ReplyDelete
  2. Bikin tulisan yang bermutu dan bermanfaat, itu yang susah, karena perlu pemikiran dan juga waktu, beda dengan nulis di blog yang kayak punya saya, blog iseng2 yang isinya gado2 (tapi toh bbrp blogger juga ada yang menulis serius dan bermutu di blog mereka, tapi bukan saya). Happy week end Bank Al, salam untuk seluruh keluarga.

    ReplyDelete
  3. nulis, bahasa, sama saja belajarnya. Terkadang orang yang sudah fasih dan memang sudah memiliki bakat akanmengatakan yang sama, kita perlu belajar atau pun latihan, tapi sering2 lah ngobrol dan menulis dan menulis dan membaca

    ReplyDelete
  4. bukannya kerjaan sebagai direktur malah banyak waktu luang bank :P

    tinggal perintah2 kesana kemari ..he..he.. lepas itu tinggal nulis blog aja ...

    apalagi blog ini dah punya modal page rank 4, nggak kaya' blogku yang stagnan selama satu tahun dengan page rank 3, meski rekatif "rajin" diupdate :mrgreen:

    ReplyDelete
  5. @Donny: Buat saya sih serius nggak serius sama saja sulitnya. :D

    @Mbak Ani: Itulah problemnya Mbak, saya nggak bisa bikin gado-gado. Tapi kalau makan gado2 sih suka. he he

    @dodot: Makasih banyak atas sarannya Om. Saya akan coba

    @Andri: Aku sebetulnya nggak begitu paham bagaimana menghitung pagerank. Cuma ikut2an aja pasang karena yg lain pasang. Gimana kok bisa dapet 4 ? Nggak ngerti deh gimana ngitungnya. :)

    ReplyDelete
  6. Yang sulit adalah membuat tulisan yang bermanfaat (cenderung berat), namun dapat ditulis dengan gaya bahasa yang ringan. Risikonya memang hampir tak ada komentar. Komentar banyak jika tulisan kita ringan, enak dibaca dan dipahami. Jadi tantangan menulis sebagai pembelajaran atau sharing pada orang lain, memang perlu dilatih terus menerus.

    ReplyDelete
  7. kalo disamakan dengan naik sepeda, barangkali kecepatannya yg harus dikejar. semakin cepat semakin baik dan membanggakan. barometer menulis/ngeblog apaan ya?? pokoknya kita sebagai blogger ya sudah punya media lho untuk latihan nulis. media blog. teman2 bisa baca dan tau apa yg sedang kita pikirkan.

    teknologi memang maha keren.

    ReplyDelete
  8. @edratna: Ada juga sih tulisan berat ya ramai komentar, seperti blog-nya Priadi yg selalu ramai pengunjung, walaupun banyak komentar yg tidak nyambung. :)

    @iin: Betul, barometernya belum ketahuan. Apalagi thermometernya ya ?

    ReplyDelete
  9. mungkin karna terlalu banyak ide yang ingin ditulis jadinya kurang sistematis. menulis kan termasuk salah satu cara menata ide yang berloncatan dari pikiran. karna lama ngga dikeluarkan, alias lama ngga menulis, jadi acak kadut kluarnya. berdasar pengalamanku yang sekarang juga jarang nulis :p

    ReplyDelete
  10. kalo untuk nulis blog, saya rutin 1 minggu 3x bang. tp kalo ada yg harus di update ya bisa lebih :)
    tp kalo utk nulis cerpen dan puisi, itu baru butuh konsentrasi tinggi :)

    ReplyDelete
  11. Sama halnya dengan menulis, bukankah ada perbedaan mendasar antara sekadar mengendarai sepeda, dengan naik sepeda untuk keperluan tertentu yang membutuhkan skil khusus.

    ReplyDelete
  12. pengennya si srg2 update blog.. tp suka buntu ide..

    ReplyDelete
  13. Tapi paling gampang nulis.. "INI IBU BUDI"

    ReplyDelete
  14. yang sulit dari menulis adalah memasukkan RUH kedalam tulisan kita...................
    Jika tuylisan kita mempunyai ruh maka setiap orang yang membacanya akan merasakan efek tulisan itu............

    ReplyDelete
  15. mungkin karena menulis selalu butuh bahan/materi baru. Nggak seperti menulis (baik menulis yang "serius" atau sekedar sharing pengalaman di blog) yang selalu membutuhkan "sesuatu" untuk diceritakan, bersepeda nggak perlu memikirkan bahan baru. Kita nggak perlu mikir, hari ini mau bersepeda dengan style baru apa ya? hehehe. Katanya ketrampilan bersepeda itu termasuk "procedural memory" sama seperti berenang, menyetir mobil, dsb. Jadi sekali menguasai, dia akan tinggal bersama kita seterusnya. Tapi di luar bahasan soal jago-nggak-jago bersepedanya ya, itu sih tergantung orangnya, hehehe.

    ReplyDelete
  16. Menulis memerlukan otak dan pengetahuan. Jika tidak di latih maka akan habis. Beda banget dong dengan naik sepeda. Menulis adalah ilmu. Dan ketika ilmu tidak pernah digunakan maka akan lupa. Jadi tetap rajin menulis ya.........

    ReplyDelete
  17. Dengan terus menulis, niscaya akan ketemu bentuknya. Soal isi, sambil jalan pasti akan muncul. Begitu kira-kira :mrgreen:

    ReplyDelete
  18. makasih buat fitri-sena, fikriana, dm, linda (1), linda (2), dan djunaedird atas masukannya.

    @ari2abdillah: cara memasukkan ruh pada tulisan nggak pake jampi2 khan ? :D

    ReplyDelete
  19. Ya ya ... menulis perlu dibiasakan. Pertama belajar nyetir duduk yang pas, injak kopling dg telapak kaki kiri, rem telapak kaki kanan, pandang lurus ke depan, telinga siaga, pegang stir kokoh, geser kunci kontak ... dst. Setelah biasa, seluruh aturan itu hilang ... bahkan nyetir sembari ngobor, SMS, dengar musik, dst.

    Menulis, bisa seperti nyetir. Memenuhi kebutuhan dan menyenangkan, dengan membiasakan, memasihkan.

    Bagaimana menurut Sampeyan?

    ReplyDelete
  20. iyaa.. stuju banget.. menulis itu sangat butuh dilatiihhh...
    kayanya berbeda perkara sama sepeda .. hehe..
    tapi sepeda kalo udah lama banget ga dilatih juga jadi susahh lho (pngalaman pribadi)..

    jadi blog ini bisa jadi sarana baguus..untuk ngelatih nulis..
    karna untuk mendeskripsikan sesuatu yang ada di otak dalam sebuah kalimat itu adalah perkara suliiittt banget...

    apalagi tulisan kan sarana komunikasi yg pentingg..

    smangat :)

    ReplyDelete
  21. saya sendiri nulis sebagai katalis saja, outlet yang perlu dikeluarkan oleh input yang membanjir. Terkadang memang jadi sangat 'ringan' tapi juga kadang ngga terasa jadi 'berat'. Soal mutu tidaknya terserah yang baca deh.
    Sejak ngeblog kemampuan nulis secara spontan terasah banget, terutama yang ide2 sesaat yang tak sempat digarap serius. Biasanya hanya saya lontarkan sebelum menulis yang lebih dalam. Setuju banget bahwa sebenarnya penulis yang baik adalah membuat pembaca makin memahami dengan bahasa yang sederhana. Itu tantangannya. Salam kenal

    ReplyDelete
  22. cara nulis bank al udah bagus menurutku. Yang jelas sih lebih bagus dari saya yang kalo nulis pake bahasa indonesia yang amburadul alias tata bahasanya salah kaprah..

    ReplyDelete
  23. [...] BR sedang nulis tentang penulisan juga. Lantas pagi tadi mampir ke blog BANK AL, juga nulis tentang penulisan. Lha, kok siangnya dapat buku “rampasan”, juga tentang penulisan. Aneh! Seolah semesta [...]

    ReplyDelete
  24. [...] sini, pernyataan cukup menarik bahwa menulis adalah kemampuan yang harus sering dilatih. Sama halnya [...]

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Jurus Mencari Jodoh

Tertipu Hitungan Kartu Belanja Carrefour

Ngadutrafik 2007 dan perilaku lapor-melapor