At first sight

At first Sight adalah sebuah film yang berdasarkan kisah nyata tentang seseorang yg sudah buta sejak kecil namun mendapatkan kesempatan untuk bisa melihat lagi setelah puluhan tahun lamanya. Kasus ini sangat menarik bagi saya karena dari sekian banyak usaha percobaan memulihkan penglihatan orang buta, baru 20 kasus saja yang bisa berhasil dalam rentang waktu 200 tahun.

Walaupun menurut seorang pengamat film bahwa film ini tidak layak untuk ditonton seperti yg tertulis pada website berikut , namun menurutku beberapa bagian dalam film ini cukup menarik, salah satunya adalah tentang apa yg terjadi ketika seseorang yg sudah buta sejak kecil dan bahkan lupa bahwa dia pernah bisa melihat namun tiba-tiba dia bisa melihat kembali. Mungkin karena aku bukan pengamat film, jadi lebih tertarik pada science-nya daripada film itu sendiri kali ya. :)

Virgil, nama tokoh dalam film itu yang bukan mana si buta yang asli, adalah seseorang yg buta sejak usia sangat belia. Dia tak ingat lagi bahwa dia pernah bisa melihat. Dan puluhan tahun setelah itu, dia mendapatkan kesempatan untuk berobat pada Dr Sacks sehingga akhirnya bisa melihat kembali. Yang menarik adalah bahwa ternyata walaupun Virgil bisa melihat, namun ternyata dia tidak bisa mengenali apa yg dilihatnya. Dia tidak mengenali pacarnya, kakaknya, dan benda-benda apapun yang sebelumnya justru dikenalnya sebelum dia bisa melihat. Matanya memang telah berfungsi seperti orang normal namun dia tidak mengerti apa yang dilihatnya bagaikan bayi yang baru saja dilahirkan.

Akhirnya Virgil belajar lagi seperti bayi, dengan cara meraba benda-benda yang dikenalinya dan juga melihatnya. Dari situ dia mencoba mengajari otaknya tentang apa yang dilihatnya dengan pengetahuan perabaannya. Beberapa hal sempat membuat Virgil bingung, seperti contohnya konsep 3 dimensi. Dia melihat apel dan kemudian memegangnya. Namun ketika dia melihat gambar apel, dia kebingungan karena apel yg dia lihat ternyata setelah diraba tidak sama rasanya dengan apel yang sebelumnya. Well, tentu saja dia bingung karena dia belum paham konsep 3D dan ternyata konsep ini tidak bisa diajarkan melainkan harus dipelajari sendiri oleh setiap manusia.

Aku jadi teringat diskusi beberapa saat yang lalu dengan Mas Rovick di milis ini tentang pemahaman 3D. Pada saat itu Mas Rovicky mengatakan bahwa pemahaman manusia tentang dimensi ini berevolusi. Dulu manusia hanya paham konsep 2D, dan ratusan (atau ribuan) tahun kemudian barulah manusia mengenal konsep 3D. Kesimpulan ini didapatkan dari peninggalan sejarah berupa gambar-gambar jaman dulu yang berbentuk 2D, dan tidak 3D.
Aku juga ingat bahwa aku membantah dugaan itu. Menurutku konsep 3D itu adalah konsep yang dipahami manusia sejak lahir dan berusaha memahami dunia. Konsep ini tidak diajarkan oleh orang lain, melain dipelajari sendiri oleh manusia sejak masih bayi.

Berhubung anakku masih bayi, maka aku berkesempatan mengamati ini, dan tampaknya dugaanku tersebut memang benar. Aku ingat pada usia di bawah 1 bulan dulu, Kevin tidak suka melihat tayangan film kartun di TV. Dia lebih suka melihat sinetron. Dan setelah usianya di atas 1 bulan, barulah dia mulai suka melihat film kartun dan mulai menyukai baby TV. Hal ini mungkin disebabkan atas pemahamannya pada konsep 3D. Pada usia awal kelahirannya, Kevin mengira gambar2 di TV itu adalah manusia betulan, karena tampak seperti manusia-manusia yg biasa dilihatnya sehari-hari. Itulah sebabnya dia lebih tertarik pada sinetron dibandingkan dengan film kartun.

Sejak usia di atas 3 bulan, pemahaman konsep 3D-nya sudah terlihat baik. Pernah suatu saat aku keheranan karena mendapati Kevin sedang bermain di lantai, padahal terakhir kali dia ada di atas kasur bersama bundanya yg sedang tidur. Jika dia jatuh dari tempat tidur, semestinya sudah menangis dan aku tentu mendengarnya. Namun aku tak mendengarnya menangis, dan dia dengan tenang bermain di lantai samping tempat tidur. Dan karena kejadian ini sempat terjadi 2 kali, akhirnya karena penasaran aku mengujinya dengan meletakkan Kevin dekat dari pinggir tempat tidur. Ternyata memang dia sudah mengenali ketinggian sehingga dia tidak mau meloncat ke bawah dari pinggir tempat tidur. Dia memilih untuk berputar dan menurunkan kakinya terlebih dulu ke lantai. Dia sudah bisa mengukur bahwa tangannya tidak bisa menggapai lantai dan memutuskan untuk berputar dan menjatuhkan kakinya ke lantai.

Penelitian kecil-kecilan ini meyakinkanku bahwa konsep 3D ini memang tidak pernah diajarkan. Manusia mempelajarinya sendiri sejak pertama mengenali dunia. Dan rasanya tidak mungkin jika manusia-manusia jaman dulu tidak mengenal konsep 3D. Apa yg terjadi jika mereka tidak mengenal konsep 3D? Mungkin mereka sudah punah karena selalu jatuh ke jurang ketika berjalan. Jika mereka tidak bisa menggambar dalam bentuk 3D, itu hanya masalah kemampuan menggambar saja, dan bukan pemahaman konsep 3D sendiri.

Lantas bagaimana dengan konsep 4D atau Multiverse? Apakah suatu saat manusia akan memahami waktu berbeda dengan bagaimana kita memahaminya sekarang? Saat ini konsep 4D ada di kepala manusia hanya dalam batas khayalan atau imajinasi matematika saja. Jika 4D itu memang betul2 ada, namun tidak ada yg betul-betul memahami apa sebetulnya 4D itu. Konsep 4D ini hanya akan bisa dipahami manusia ketika sudah terjadi time-travelling. Pada saat itu barulah kita akan betul-betul memahami apa itu 4D. Sama seperti Virgil yang harus belajar lagi dan memahami konsep 3D setelah dia bisa melihat. Dia tak bisa diajari konsep ini sewaktu dia masih buta. Lalu kapankah perjalanan lintas waktu ini terjadi ? Entahlah, semoga sudah terjadi sebelum aku mati. Pasti asyik banget tuh bisa berjalan2 ke masa lalu dan masa datang.

Comments

  1. wah, coba deh liat besok. moga-2 memang keren.

    ReplyDelete
  2. Wiiih...saya ingin lihat filmnya. Bagaimanapun.buat orang buta atau orang bisa melihat..tetep aja..."Love is a curious thing"
    *demikian tagline blog saya hehehe*.

    ReplyDelete
  3. waduh bank Al ini suka film jadul rupanya...
    Konsep 4D sebenarnya sudah banyak coba diaplikasikan meskipun belum sesempurna itu. Film seperti Polar Express , mencoba mendekati 4D walaupun bukan 4D betulan, tapi paling tidak lebih canggih dari 3D.
    Bahkan ada software keluaran maxon.net, dinamakan cinema 4D (meski masih 3D), paling tidak mereka mencoba menggapai 4D he he...time traveler, seperti Hiro Nakamura.

    salam.

    ReplyDelete
  4. Aku blom nonton pilemnya Bang..Jadi pgn liat.

    ReplyDelete
  5. Wah, om...serius? Kevin umur 3 bulan udah bisa jalan? :-?

    ReplyDelete
  6. @Donny: waduh, aku pasti salah nulisnya hingga salah paham.
    Kevin usia 3 bulan baru bisa menurunkan kaki dari tempat tidur. Abis itu ya merosot dan merayap lagi di lantai. :D

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Jurus Mencari Jodoh

Tertipu Hitungan Kartu Belanja Carrefour

Ngadutrafik 2007 dan perilaku lapor-melapor